🌵Denied🌵

16.7K 773 117
                                    

"Hug or kiss?"

Pagi sekali, Hara sudah dapat kiriman paket yang kata mas kurirnya, paket itu dari seseorang yang namanya enggak boleh disebutin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi sekali, Hara sudah dapat kiriman paket yang kata mas kurirnya, paket itu dari seseorang yang namanya enggak boleh disebutin. Rahasia, tapi Hara tau bahkan tanpa diberitahu.

Usai menerima paket itu, Hara kembali ke ruang tamu, ia mendaratkan bokongnya di sofa.

Muncul Harry yang ikut duduk di hadapan gadis itu, dia tengah menyeruput cokelat panas mengingat cuaca pagi yang kerasa dingin sebab hujan tak kunjung berhenti dari semalam.

"Apaan tuh?" celetuk Harry saat ia memandangi Hara dan benda di tangan gadis itu.

"Males ngomong. Hara marah sama kak Harry," ketus Hara, masih ngambek. Ia cemberut sampe bibirnya manyun. "Kita kemusuhan."

Tingkah Hara membuat Harry terkikik geli. Cowok itu mengulum tawa, "Tau-tau isinya tokek belang macan."

Hara melempar benda itu ke arah Harry, semacam gerakan refleks. Untung Harry cekatan menangkapnya.

Hara mendengus, "Bukain tolong."

"Gue bukain, isinya buat gue tapi ya?"

"Enak aja. Itu punya Hara!"

Harry akhirnya menaruh gelasnya ke atas meja, dia mulai melepas plastik utama yang nempel di box warna putih itu.

Senyuman Harry pudar, ekspresi dia berubah kecut saat melihat cover dari box tersebut. Sedang Hara sudah berpindah ke sebelah Harry, ia rebut paket miliknya itu.

Sejenak, Hara menatap Harry, dia mau senyum tapi enggak jadi. "Makasih udah dibukain."

"Beliin, hancurin. Gitu aja terus sampe ayam jantan beranak," omel Harry, dia mengambil cokelat panasnya lagi sambil menyandarkan punggung di sandaran sofa.

Hara menghela liat tingkah Harry. Dia fokus sama box di tangannya itu. Kemudian, Hara mengeluarkan isinya. Sekarang, telapak tangan Hara sudah diisi oleh satu benda pipih ukuran 7 inci berlogo apel digigit—yang Hara prediksi jika harganya dua kali lipat dari ponsel dia yang sebelumnya. Cuma yang ini semuanya masih sama, seperti warna cover dan isi dalam ponsel masih utuh berikut file dan yang lain. Hawi mengembalikan isi ponsel itu seperti semula, Hara sudah memeriksanya.

"Makasih mister jutek." Hara tersenyum samar. Terhitung sudah lima kali lelaki itu membelikan Hara ponsel sejak dua tahun terakhir. Ponsel sebelumnya selalu dengan kerusakan yang sama, Hawi banting hingga hancur.

"Hara mau ke rumah Haw—"

"Nggak boleh," selak Harry memotong ucapan Hara. "Nggak liat tuh, di luar lagi hujan."

I am Here (Tamat: Part Lengkap) Where stories live. Discover now