MOURA'S | 2.3

97 14 57
                                    


2.3 | Return


3 months later..


Bandung, Indonesia.

Julio terus mendorong kursi roda yang membawa Retno keluar dari gedung tempat keduanya menjalani konseling, dengan Laura yang selalu siap menemani.

Sudah dari beberapa pekan kemarin kaki Julio akhirnya sembuh, dan bisa berjalan normal kembali. Laura cukup lega saat mendengar kabar bahwa Julio hanya patah tulang ringan.

Di rumah sakit, Julio hanya dirawat 2 hari, setelahnya Laura sendiri yang merawatnya di rumah. Sementara Retno, lelaki itu sempat koma beberapa hari, dan pendarahan di kepalanya membengkak sampai harus di tangani serius lagi.

Dari kabar yang terdengar, soal biaya pengobatan Julio dan Retno, kakek Moura, –Aland sudah menanggung semuanya, atas permintaan Moura sekaligus bentuk pertanggung jawaban.

"Moura dikhianatin keluarganya, sekarang yang dia percaya dan harapankan cuma dari kamu dan Tante Laura."

Dada Julio mencelos. Ia jadi mengingat percakapannya dengan Jonathan beberapa hari kemarin, sebelum berangkat ke Bandung.

Julio lega setelah mendengar perempuan yang sekarang ia harus anggap saudara itu tidak ikut andil dalam kejahatan mereka. Tapi ikut sedih karena mengetahui Moura lebih dijadikan korban oleh keluarganya sendiri.

Julio berdecih. Untuk menerima kenyataan bahwa Moura adalah saudaranya saja, sangat sulit –mengingat perasaannya yang belum hilang.

"Tunggu, aku bukain pintunya." Laura berjalan cepat mendekati pintu mobil bagian belakang. "Pak, bisa bantu?" Pintanya, memanggil security yang berjaga.

"Apa yang bisa saya bantu, Bu?"

"Tolong bantu gendong anak saya ke dalam mobil, ya." Laura menunjuk Retno, yang terhenyak. "Ini kakinya baru sembuh." Beritahu Laura sambil mengusap lembut rambut Julio.

Pun security itu mengangguk paham, lalu dengan perlahan menarik tangan Retno ke pundaknya, dan memegang pinggangnya. "Ada yang sakit, dek?"

Retno menggeleng.

Setelahnya security itu memapahnya masuk ke dalam mobil dengan Laura yang sedikit membantu.

"Terima kasih, Bapak." Ucap Laura sambil menyelipkan uang pada tangan security itu.

"Sama-sama, cepet sehat buat anak-anaknya."

Laura balas tersenyum lembut, pun kemudian ia menggenggam tangan Julio, menggiringnya masuk juga ke dalam mobil.

"Retno di belakang aman, nak?" Tanya Laura setelah masuk dan memakai sabuk pengamannya. 

Setelahnya ia menolehkan kepalanya ke belakang. "Duduknya udah bener? Nggak ada yang salah 'kan?"

"Aman." Retno berusaha menjawab meski lidah terasa berat.

"Haus, ya? Tunggu." Laura mengambil botol minum dan membukanya, dengan perhatian Laura menyuapkan ke mulut Retno.

"Makasih, Tante."

Laura balas tersenyum, sambil mengusap punggung tangan Retno.

"Kamu haus juga, sayang?" Ucapnya tidak lupa pada putranya.

Mendapati gelengan Julio, Laura kembali menghadap depan. "Yaudah, jalan ya."

"Habis ini langsung balik ke Jakarta?" Akhirnya Julio buka suara.

MOURA'S [ END ]Where stories live. Discover now