MOURA'S | 2.1

134 24 71
                                    

2.1 | Riporta mia madre.









Cimitero Acattolico. | Roma, Italian.

Sembari menggenggam dua buket bunga, Moura berjalan masuk ke dalam pemakaman. Berhenti di salah satu pijakan, sambil menghirup udara. Kesunyian pemakaman cukup bisa membuat sesaknya menghilang.

"Hai, Mama." Moura merendahkan tubuhnya, duduk langsung di rerumputan, lalu menaruh dua buket bunga itu di atas nisan. "Mawar hitam sekarang jadi kesukaanku, seperti yang kau tau kebiasaanku yang selalu memakai warna sesuai suasana hati." Ucapnya sambil terkekeh kecil.

"Maaf, dua bulan terakhir aku tidak mengunjungimu. Ngomong - ngomong, aku sudah bertemu dengan bibi Laura. Ia sangat cantik, sepertimu."

Moura terdiam sejenak, menatap rintikan bunga melati yang jatuh di atas nisan. "Sepertinya disana Mama sedang berbahagia. Pasti Mama sedang berkumpul bersama orang - orang baik disana."

Moura terdiam lagi, lalu tersenyum pahit, dan setelahnya bahunya bergetar, pun air mata tak bisa lagi di bendung. "Mereka ternyata jahat, Mama. Selama ini aku bodoh bisa mempercayai mereka yang sudah sangat jahat pada Mama." Moura mengusap pipinya yang basah, berusaha menahan air matanya. "But, I'm fine. Ini belum seberapa dibandingkan dengan sakitnya Mama selama ini."

Moura tertawa sumbang, mengadahkan kepalanya ke atas. "Biasanya kau akan memelukku dari belakang, Lea." Moura mengusap lagi air matanya yang jatuh. "Tapi sekarang kau sudah lebih dulu bersama Mama disana."

"Kalau begitu aku yang akan menggantikan posisi Lea."

Moura mematung. Ia hafal dengan suara ini. Suara dari seseorang yang sudah tega meninggalkannya sendiri.

 "Akhirnya kau kembali, Davide?"

Pria itu tersenyum setelah melihat adiknya berbalik, dan menatapnya. Davide berjalan mendekat. "Do you miss me?"

Moura memutar matanya jengah. "Kenapa kau kembali?"

"Karena kesayangannya Mama ini membutuhkanku." Ucap Davide sambil mengusap pipi Moura. Setelahnya raut wajah Davide berubah serius. "Kau mau ikut denganku?"

🦋


Mansion's Edgar. | Roma, Italia.

"Berta, apakah Moura masih marah padaku?" Tanya Mollena sambil menatap lamat kamar cucunya.

"Dari pengamatan saya, sepertinya Nona masih mendiami anda, Madam."

Mollena terdiam, cukup merasa bersalah. Karena bagaimanapun, ia tidak meminta Cedric untuk mencelakai anaknya Laura, apalagi ada orang lain ikut bersama.

"Cedric masih belum kembali?"

"Saya sudah memintanya, Madam. Tapi Cedric menolak."

Mollena berdecak. Pria kaparat itu memang selalu bertindak sesukanya.

"Bilang Edgar, aku akan mengajak Moura ke acara amal nanti malam."

"Baik, Madam,–"

"Sayangnya aku akan pergi."

Mollena menoleh cepat pada cucu perempuannya yang ternyata muncul dari pintu utama mansion. "Kau mau kemana lagi? Kembali ke negara itu?"

MOURA'S [ END ]Where stories live. Discover now