MOURA'S | 0.2

776 122 51
                                    

warn!! chap ini mengandung drama.
btw 2 chap in one 😉

0.2 | Revealed secret.










Edgar's Mansion. | Roma, Italia.


Edgar terus menatap khawatir gadis cantiknya yang mulai menjauh dari pandangannya. Dengan nafas terengah-engah dan keringat yang membasahi dahinya ia terus berlari, mengejar gadisnya.

"MOURA!"

Gadis kecil itupun menoleh. Moura menggeleng pelan dengan boneka rajut yang ia peluk erat, pertanda tidak ingin pria itu menahan kepergiannya.

"Moura, Daddy mohon jangan pergi, sayang." Ucap Edgar dengan nada bergetar.

Moura menatap lamat wajah sayu ayahnya yang kini sudah dihadapannya. "Kau tau, Mama sangat amat mencintaimu."

Edgar mengangguk keras, seraya menggenggam erat kedua tangan mungil gadisnya."Iya, Daddy pun sangat mencintai Mama dan juga Moura."

"Kalau begitu, mengapa di malam itu kau tidak datang dan melindungi Mama?" Balas Moura membuat tenggorokan Edgar tercekat.

"Moura.." Edgar menggelengan keras.

Sementara Moura terus menatap wajah ayahnya, kemudian tatapannya turun pada tangannya yang berada di genggaman Edgar.

Perlahan Moura melepaskan tangannya. "Jangan salahkan Mama karena aku benar-benar sangat membencimu dan kehidupanku sendiri."

Moura masih menatap ayahnya dingin dan datar namun tersirat tatapan terluka, sampai akhirnya ia melangkah menjauh dari tubuh Edgar.

Edgar menggeleng. Tangannya berusaha menggapai tubuh mungil Moura yang mulai menjauh. "Moura.. kembali, sayang.."

"MOURA!"

Edgar membuka matanya dengan cepat. Nafasnya tersengal dengan keringat yang membasahi pelipisnya.

"Edgar, are you okay?" Tanya Serra yang ikut terbangun karena teriakan keras suaminya.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Maaf, aku membangunkan mu."

Keduanya saling menatap, namun tidak lama ponsel Edgar berdering membuat keduanya beralih. Pun Edgar menggapai ponselnya yang berada di atas nakas sebelah tempat tidur.

"Ada kabar baik?" Tanyanya tanpa basa-basi setelah mengetahui bawahannya yang menghubungi.

"Maaf, Tuan. Kondisi madam semakin kritis."


🦋


Moura mengusap keruh wajahnya, dengan kasar ia menenggak capuccino nya yang sudah mendingin. Kemudian ia menatap kembali layar MacBook milik Jonathan frustasi.

MOURA'S [ END ]Место, где живут истории. Откройте их для себя