MOURA'S | 0.9

396 70 48
                                    

0.9 | Danger.

San Carlo Borromeo HospitalMilan, Italian.

Edgar mempercepat jalannya menyusuri koridor rumah sakit. Tadi bawahannya mengabari bahwa ibunya yang koma sudah siuman beberapa jam yang lalu, dan pun ia langsung bergegas dari Roma ke Milan.

Edgar menarik ujung bibirnya, memasang senyum hangat dan menyembunyikan sebuket bunga tulip putih di belakang punggungnya sebelum membuka pintu ruangan dengan perlahan.

"Mom."

Mollena tersentak, lalu melebarkan matanya pada seorang wanita muda yang Edgar tau adalah asisten Mollena. 

Berta yang paham maksud majikannya, segera keluar dari ruangan itu.

Edgar sedikit melirik Berta, lalu setelah pintu tertutup rapat, Edgar kembali menatap ibunya yang malah memainkan ponsel dan cuek dengan keberadaannya.

Edgar menaruh buket bunganya disisi ranjang. Namun Mollena hanya sedikit melirik, lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

Edgar menghela nafas, dengan perlahan ia mengambil ponsel ditangan Mollena.

"Edgar!"

Edgar mengusap lembut pipi Mollena. "Apa aku ada salah?"

"BARUSAN KAU BERTANYA?" Mollena menatap tajam putranya.

Edgar diam tidak menjawab, dengan perlahan tangannya bergerak, mengusap pipi Mollena. Dan itu cukup berhasil membuat tatapan Mollena melemah. 

"Kata Berta, selama aku koma tidak ada satu pun dari kalian yang mengunjungiku." Suara Mollena bergetar. "Mengapa? Apa kalian sesibuk itu sampai aku tidak dipedulikan."

Edgar terus mengusap lembut pipi ibunya dengan diam, tidak menjawab. Ia cukup merasa bersalah pada Mollena, tapi isi pikirannya selama 2 pekan ini benar-benar dipenuhi dengan keadaan putrinya yang keluar dari rumah.

"Maafkan aku." Edgar mencium punggung tangan wanita paruh baya itu, lalu mendongak, menatap Mollena kembali. "Dua hari yang lalu Aaron bertengkar dengan teman sekolahnya, sekarang anak itu jatuh sakit, dan tentunya Serra sedang sibuk merawatnya."

"Lalu Moura?"

Edgar mengerjap lalu menarik ujung bibirnya, berusaha tersenyum. "Anak itu masih sangat terpukul atas kepergian nanny-nya. Tapi mom tenang, dia akan baik-baik saja."

Mollena menghela nafasnya berat.

"Aku mau pulang, Edgar."

"Nanti aku bicarakan dengan dokter."

"Tapi ke rumah kalian."

Edgar tersentak. "Untuk apa?" Dengan bodohnya Edgar gugup.

"Kau bertanya? Ibu mu sakit, Edgar. Sudah semestinya kalian mengurusiku." Mollena menatap putra tidak percaya.

Edgar mengusap belakang lehernya, tampak resah. "Tidak, maksudku perjalanan dari Milan ke Roma cukup jauh, itu akan,–"

"Ada yang kau sembunyikan, Edgar?"

"Tidak." Balas Edgar cepat.

"Kalau begitu bawa aku pulang ke rumah kalian."

🦋

MOURA'S [ END ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz