MOURA'S | 0.3

656 113 44
                                    

0.3 | The Beginning.







Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia

"Moura, dua jam lalu kita hanya makan croissant dan pancake. Perutku sudah berbunyi lagi." Jonathan merangkul pundak Moura. "Apa kau tidak lapar?" Lanjunya dibalas gelengan singkat Moura.

Jonathan menatap lamat wajah Moura dari samping. Sebagai kerabat sekaligus sahabat, Jonathan sangat mengenal baik Moura dan keluarganya. Jonathan cukup senang jika mengingat ia selalu ikut andil dan selalu ada di setiap permasalahan perempuan itu sampai saat ini. Bukan apa, tapi memang sesayang itu Jonathan pada Moura.

DUGH

"Astaga, Jonathan!"

"Yah, sorry bro."

Ucap bersamaan Moura dan seorang pria yang menubruk pundaknya barusan.

"No, I was wrong too." Balas Jonathan dengan sedikit kekehan pada pria itu.

"Maybe we are both wrong." Balas orang itu dengan tawa hangatnya.

"Jonathan, vado per primo." Sahut tiba-tiba Moura yang langsung pergi ke tempat pengambilan koper.

Julio melirik Moura. "She can't wait to get some rest. I'll go first, sorry again, Bro."

"Me too then, greetings to her."

Setelahnya pria itu tampak terdiam sejenak menatap kepergian mereka. Sampai,

"Rendra sayang! I miss you so much!!!"

Narendra menoleh ke asal suara, dengan senyum mengembang. Ia segera menghindar kala Bryan yang sudah berancang-ancang untuk memeluknya. "Jangan kumat."

"Gimana kabar lo, Ren?" Sapa Aditya di belakangnya.

"Baik. Kalian gimana?"

"Aman Ren, aman." Sahut si lelaki berwajah oriental, Ezra.

"RENDRAAA!" Teriak lantang dua perempuan yang berlari ke arah Narendra.

Pun senyum Narendra terukir semakin lebar. Tubuh Narendra sedikit tersentak ke belakang ketika Gavinna menubruk tubuhnya dengan kasar.

"Ih kangen banget gak sih?" Ucap Gavinna seraya menepuk-nepuk gemas pipi Narendra.

Narendra tersenyum. "Iya, ini makanya gue pulang."

"Yeh, emang seharusnya pulang!"

"Permisi tuan, nona, acara peluk-pelukan nya kapan selesai, ya? Gue udah laper nih."

Keduanya bersamaan menoleh ke arah perempuan jutek di belakang. Gavinna menjauhkan tubuhnya seraya tertawa menanggapi.

"Maaf ya nona, jadi repot menunggu. Mari!" Balas sarkas Gavinna seraya merangkul pundak kecil Kalyca.

🦋

Bassura Apartment | Jakarta Timur, Indonesia

Moura mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru apartemennya yang baru beberapa jam lalu ia beli. Ukurannya tidak besar namun tidak kecil, cukup nyaman dan pas jika hanya untuk di tempati Moura dan Jonathan.

Di dalamnya terdapat tiga kamar tidur beserta toilet dalam. Ada juga toilet sebelah dapur yang menyambung dengan ruang tamu yang cukup luas, dan balkon yang menyuguhi pemandangan ibu kota Jakarta. Masing-masing ruangan sudah lengkapi dengan beberapa furniture.

Jika ditanya harga, cukup menguras tabungannya memang, tapi kenyamanan yang terpenting baginya apalagi mereka bukan sehari dua hari tinggal di Indonesia, melainkan setahun.

Lamunan Moura seketika buyar ketika bel apartemennya berbunyi.

"Moura itu makanannya sudah sampai. Kau dulu yang bayar ya! Aku tidak ada uang cash." Teriak Jonathan dari dalam kamarnya.

Moura berdecak. Pun dengan malas ia bangun dari duduknya, lalu berjalan ke arah pintu.

"Permisi, atas nama Jonathan?" Ujar kurir berjaket hijau setelah Moura membuka pintu.

Moura tidak mengerti ucapan pria itu, namun ia tetap mengangguk pelan saat dirasa ada nama Jonathan yang di sebut.

"Pesanannya jadi tujuh puluh lima ribu, mba."

Moura meringis pelan. "Sorry, I can't speak Indonesian."

Dan kali ini pria itu yang bergantian meringis. "Aduh, gua juga enggak bisa ngomongnya lagi." Ucapnya seraya menggaruk pelipisnya.

Pria itu kemudian menatap kembali Moura. "This is a food jadi.. jadi.. oh, so seventy five thousand." Ucapnya yang tampak berusaha keras berfikir. "Nah iya itu!"

Moura mengangguk, pun ia segera memberikan dua lembar uang berwarna biru pada pria itu.

"Kembali 30 ribu ya." Gumam pria itu seraya membuka dompetnya.

"No, take the rest." Cepat - cepat Moura mengambil alih makanan yang masih di tangan pria itu.

"Aish, thank you ya nona."

Pun Moura balas mengangguk kemudian ia berbalik, dan menutup pintu.

"Sudah?" Tanya Jonathan dengan rambut yang masih basah.

"Belum. Ini makanan entah dari mana, sepertinya jatuh dari langit." Balas sarkas Moura menjawab pertanyaan basa-basi Jonathan.

Jonathan menyengir. Tangannya terulur, niat mencomot makanan tadi yang baru di wadahi oleh Moura, namun dengan cepat perempuan itu menepisnya.

"Pakai baju dulu."

Jonathan mendengus, ia berbalik ke arah kamarnya untuk mengambil baju.

🦋

Moura memasuki gerbang apartemennya dengan menenteng sekantong belanjaan. Moura mengangguk pelan ketika security menyapanya hangat.

Telah terhitung, hari ini adalah sepekannya Moura dan Jonathan tinggal di Indonesia. Dan selama sepekan itu mereka terus mencari informasi tentang bibi Laura dan keluarganya, dengan di selingi belajar bahasa Indonesia tentunya.

Moura membuka pintu setelah berhasil mengakses kunci. Ia taruh belanjaannya di atas meja, lalu mengambil minum dan menenggaknya.

Moura melirik dari ujung matanya, Jonathan yang keluar dari kamar dengan satu kardus besar di bawa di depan dadanya.

Jonathan menaruh kardus itu dekat belanjaan Moura. Sementara Moura menatap Jonathan dan kardus itu bergantian dengan bingung

"Keperluan mu besok ada di dalam sini. Mulai dari seragam sekolah, buku-buku pelajaran dan beberapa alat sekolah lainnya."

Moura terdiam sejenak. "Aku satu sekolah dengannya, kan?" Tanya nya memastikan.

"Ya, dan soal bahasamu, tadi aku sudah meminta salah satu guru yang bersedia mengajarimu sampai bisa." Selak Jonathan cepat yang tau akan pertanyaan Moura.

Moura mengangguk patuh. "Lalu kau?"

"Entah. Mungkin kerjaanku selama disini hanya tidur, makan, dan mandi lalu menunggumu pulang sekolah."

Moura mendelik tajam.

"Tidak, aku hanya bercanda!" Sungutnya dengan cengiran khasnya. "Sesekali aku akan mengawasi bibi Laura di rumah sakit."

Moura mengangguk paham.

"Ohiya, Moura."

Moura yang sedang membereskan belanjaannya, beralih menatap Jonathan yang kali ini berubah menatapnya serius.

"Keadaan madam semakin kritis."

𝚃𝙱𝙲 🖤


bye!

MOURA'S [ END ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora