22. Mawar Hitam

2K 291 47
                                    

Hola semua, apa kabar?

Aku rindu ^-^

Maaf ya baru bisa update. Serius, sok sibuk aku tu wkwkwkw

Nb : part ini sengaja aku repost, biar kalian nggak lupa sama alurnya. Ehehehe

Semoga suka sama part ini...

---------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---------------------

22. Reason - Mawar Hitam

“Segini cukup, Mas?”

“Cukup Sayang.”

Aku menyerahkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya pada Satya. Tumis kangkung, ayam goreng, perkedel dan sambal menjadi menu sarapan kami pagi ini. Aku memang menerapkan menu rumahan dalam rumah tangga kami, kebiasaanku sejak sendiri terus terbawa sampai sekarang. Satya tidak pernah protes, dia akan selalu lahap dalam menikmati setiap masakan yang aku olah.

Di rumah ini tidak hanya ada aku dan Satya. Ada Bi Ambar yang membantuku mengurus rumah, Pak Rama yang menjadi supir pribadiku, Pak Joko yang standby di pos security dan beberapa anak buah Satya. Beberapa anak buah lainnya dibiarkan tinggal di rumah lamaku. Aku ingin rumah lamaku tetap terawat. Bagaimanapun juga, banyak hal dan kenangan yang terjadi di rumah itu. Jadi aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja.

Wajah Satya pagi ini terlihat sangat cerah. Pancaran matanya dipenuhi dengan rasa lega dan juga senang. Dia baru saja memenangkan tender, lagi. Kali ini proyek yang akan digarapnya terbilang sangat besar. Pembangunan rumah susun di tengah keadaan Ibu Kota yang sangat padat, dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang bagus. Tentu ini menjadi tantangan yang besar juga.

Beruntungnya, berkat kerja keras Satya dan tim DG Industri dalam mempresentasikan strategi dan bagaimana konsep pembangunan rumah susun ini, membuat DG Industri dipercayai untuk ikut andil dalam proyek yang berkaitan langsung dengan pemerintahan Indonesia. Jika proyek ini berhasil, tentu akan memberikan dampak yang sangat baik untuk DG Industri.

Aku ikut senang melihat lekukan senyum yang muncul di wajahnya. Satya memang pantas mendapatkan tander kali ini. Usahanya selama ini tidak main-main. Satya sangat bersungguh-sungguh melakukannya. Aku kerap kali menemaninya lembur, membantunya menyiapkan data-data yang dibutuhkan, juga berdiskusi mengenai progres apa saja yang dibutuhkan saat Satya membawa pekerjaannya di rumah.

Dan semua rasa lelah itu terbayar dengan indah.

“Proyek kemaren, kapan dimulainya Mas?” tanyaku.

Saat ini kami sudah dalam perjalanan menuju butik Mama. Jika tidak ada meeting pagi, Satya akan selalu mengantarku ke butik. Sebisa mungkin kami tidak melewatkan saat-saat bersama di pagi hari. Jangan lupakan dua mobil anak buah Satya yang selalu memantau kami dari jauh.

“Besok siang plan manager sama divisi perencanaan akan melakukan meeting dengan perwakilan pemerintah. Ada beberapa surat yang harus di urus, juga pemantapan desain mana yang ingin digunakan. Jadi divisi kita bisa langsung bergerak, supaya tidak memakan waktu,” jelasnya.

ReasonWhere stories live. Discover now