10. Makan Malam

1.8K 304 279
                                    

Halo, kita ketemu lagi. Mau cerita sedikit.

Jadi sebenernya, sore tadi part ini udah bisa kalian baca. Tapi, pas aku mau publish, naskah yang aku tulis di wattpad ternyata gak kesimpen. Kebayang dong gimana rasanya 😌

Akhirnya aku nulis ulang dari awal. Untung aja idenya masih nempel di kepala. Jadi gak perlu molor updatenya.

Jadi aku mau nodong vote dan spam komen, udah siap, kan?

Part kali ini ada 3000 lebih kata, awas aja kalo ada yang protes sedikit.

Kalau ada typo langsung mention aja.

Happy reading!!

-----------------

-------------------------------

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

-------------------------------

"Terima kasih untuk kamu yang masih berjuang sampai saat ini. Kamu orang hebat. Kamu lebih memilih berjuang dari pada menyerah di saat paling terpuruk dalam hidupmu. Percayalah, semua ini tidak ada yang percuma. Kamu akan bahagia." - Reason.

------------------------------------------------

Setelah selesai memasak, aku langsung membersihkan kamar Bang Reno. Masih ada satu jam sebelum makan malam. Sungguh, aku benar-benar tidak sabar menanti kedatangan Bang Reno. Rasanya sangat luar biasa. Untuk pertamakalinya, setelah lima tahun, malam ini kami akan makan malam bersama.

Aku sudah menyiapkan rendang kesukaan Bang Reno dan cumi asam manis kesukaan Ayah. Semoga saja mereka menyukainya, meski rasanya tidak bisa mirip 100% seperti masakan Bunda.

Tidak banyak yang aku bersihkan di kamar Bang Reno, karena aku selalu menjaganya setiap hari. Kali ini aku hanya perlu mengganti seprai dengan seprai kesukaan Bang Reno. Semua yang ada di kamar Bang Reno masih aku jaga dengan baik. Tidak ada yang berubah.

Saat aku ingin mengambil seprai yang ada di dalam lemari bagian atas, aku tidak sengaja menjatuhkan kotak hitam yang ada di sisi pojok lemari. Kotak itu ikut tertarik saat aku mengambil seprai dan bad cover, membuat isinya berhamburan keluar. Buru-buru aku meletakkan seprai dan bad cover di atas ranjang.

Aku mengambil satu per satu barang-barang Bang Reno yang aku jatuhkan. Mataku tidak sengaja melihat sebuah kertas foto. Saat aku membaliknya, hatiku langsung berdebar, tubuhku langsung melemas.

"Abang," lirihku menahan air mata yang ingin keluar. Aku tidak menyangka jika Bang Reno masih menyimpannya. 

Aku ingat sekali, foto ini diambil saat aku kelas X SMA, sedangkan Bang Reno baru memasuki semester dua di tempatnya kuliah. Bunda yang mengambil momen ini. Beliau sangat suka memfoto kami secara diam-diam.

ReasonOnde histórias criam vida. Descubra agora