12. Tidak Apa

1.9K 310 354
                                    

Hallo semua, kita ketemu lagi ^-^
Semoga sehat selalu yaa...
Maaf atas keterlambatan updatenya. Semoga kalian suka ya sama part ini.

Part ini ada 3000 kata lebih, buat yang bilang ini dikit, berarti ngajakin gelut.

Udah siap buat spam komen, kan? Jangan lupa ramain part ini. Kalau ada typo langsung mention aja.

Happy reading!!

********

Langkahku berderap melewati lorong rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkahku berderap melewati lorong rumah sakit. Tujuanku sekarang adalah IGD. Air mataku masih saja mengalir, aku tidak bisa menghentikannya. Rasanya sungguh sesak. Aku takut jika terjadi sesuatu pada Ayah. Batinku menjerit memanggil nama Ayah, berharap beliau baik-baik saja. Tapi pada kenyataannya tidak. Raungan korban yang lain masih saja terdengar, membuatku semakin takut.

Dari penjelasan polisi yang menghubungiku tadi, titik mula kecelakaan terjadi karena sebuah truk yang kelebihan muatan, membuatnya oleng dan mengakibatkan kecelakaan beruntun. Sayangnya Ayah menjadi salah satu korban kecelakaan tersebut.

"Pelan-pelan, Ly," kata Pak Satya. Setelah mendapat telepon tadi, Pak Satya langsung mengantarku ke rumah sakit. Dia tidak membiarkanku pergi sendirian.

"Saya nggak bisa tenang, Pak," keluhku. Hatiku rasanya benar-benar terhimpit sekarang.

Tiba di ruang IGD, pintu masih tertutup rapat, menandakan Ayah masih ditangani di dalam. Aku semakin cemas. Kenapa dokter lama sekali? Aku ingin tahu bagaimana kondisi Ayah.

"Pak, kenapa lama sekali? Ayah saya baik-baik saja, kan?" tanyaku penuh harap. Aku benar-benar takut. Aku ingin memeluk Ayah sekarang.

"Kamu yang sabar, ya. Kita berdoa saja. Biarkan dokter menangani Ayah kamu," jawab Pak Satya mencoba menenangkanku. Tapi tetap saja aku tidak bisa tenang.

Derap langkah kaki kembali terdengar di lorong rumah sakit. Saat aku menoleh, aku melihat Bang Reno yang sedang berlari menuju arahku. "Di mana, Ayah?" tanyanya. Napasnya tersengal-sengal hebat. Raut khawatir juga menghiasi wajahnya.

"Abang!" Aku langsung memeluk Bang Reno. Tubuhnya kembali menegang. Aku tidak peduli. Aku butuh penopang sekarang.

Setelah mendapat kabar jika Ayah kecelakaan, aku langsung menghubungi Bang Reno dan memberitahukan lokasi rumah sakitnya. "Abang, Ily takut," lirihku. Tangisku semakin kencang saat tak kunjung mendapat balasan. Bang Reno mendorong tubuhku pelan. Matanya juga memerah saat menatapku.

"Di mana, Ayah?" tanyanya lagi.

"Ayah masih di dalam. Dokter belum keluar." Aku masih belum bisa mengontrol suaraku. Napasku putus-putus karena isak tangis yang tak kunjung usai. "Ily nggak tahu apa yang terjadi. Yang jelas, Ayah terjebak dalam kecelakaan beruntun," lanjutku.

ReasonWhere stories live. Discover now