33. Satya Dirgantara & Reno Abimasta (2)

1.3K 222 117
                                    

Hola, kita ketemu lagi. Aku rindu ^-^

Kemarin asam lambungku lagi para-parahnya, makanya jadi molor updatenya ehehe

Semoga suka sama part kali ini. Sebelum baca coba sini kasih vote dulu.

Happy Reading!!!

----------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

----------------------------

33. Reason - Satya Dirgantara & Reno Abimasta (2)

Ketakutan terbesarku adalah ketika aku tidak bisa menggenggam tanganmu lagi.

Semuanya terasa sangat gelap. Mata itu tertutup kain hitam yang sangat rapat. Tidak hanya itu, tubuh yang terikat pada kursi, udara yang pengap dan cahaya redup menemani ketakutan Ilyana. Gerakan tubuh Ilyana tidak berarti apa-apa. Kekuatannya tidak sebanding dengan tali yang melilit tubuhnya.

Terakhir yang Ilyana ingat, dia berada di makam orangtuanya bersama Reno. Kakaknya tengah membimbingnya menuju mobil, kembali ke apartement. Ada banyak hal yang harus mereka bicarakan. Tentang masalalu, ketakutan Ilyana, dan kekecewaan besar yang menyergapnya dengan sangat hebat.

Sampai orang-orang berbadan besar dengan setelan hitam itu datang. Menerjang Reno dengan sangat kuat, membuat kakaknya terjatuh karena tidak siap. Setelahnya mereka mengurung Ilyana dengan sorot mematikan. Melumpuhkan kaki Ilyana dalam satu waktu. Tubuhnya menjadi kaku.

Sekarang Ilyana berada di sini. Desis ketakutan kerap kali lolos dari bibir tipisnya. Air mata seolah sudah menjadi teman setianya. Kesakitan yang dialaminya kemarin seolah belum cukup untuk menyiksa Ilyana. Lagi, dia kembali berada di situasi yang menimbulkan rasa trauma. Tanpa bertanya pun Ilyana sudah tahu jika saat ini dia berada di tangan musuh Dirgantara.

Ketakutan kian menghantamnya dari banyak sisi. Ilyana hanya ingin menyisih sejenak dari permasalahan yang mengguncangnya, tapi nyatanya, permasalahan itu semakin bertambah pelik.

Tempat ini sangat sunyi. Penuh kebisuan. Tidak ada suara apa pun yang bisa Ilyana dengar. Dia sendirian di ruangan pengap ini. Tenggorokannya sudah lelah untuk berteriak. Tepat setelah satu menit dia tersadar dari pingsannya, Ilyana berteriak kencang meminta bantuan. Tapi siapa yang peduli?

“Bang Reno....”

“Mas Satya....”

Suaranya terdengar lirih dengan isak tangis. Ketakutan kian merayapinya. Ilyana ingin keluar dari ruangan ini, dia sudah mulai sesak. Udara di tempat ini terasa sangat tipis. Ilyana takut jika bayinya kenapa-napa.

Decitan pintu yang terbuka membuat pergerakan Ilyana terhenti. Derap kaki itu kian mendekat ke arahnya. Langkahnya terhenti tepat satu langkah di depan Ilyana.

“Ilyana Dirgantara.” Suara serak itu menggema di ruangan ini. Penuh dengan ancaman dan rasa puas. “Jadi ini, wanita yang selalu dibangga-banggakan oleh Satya?”

ReasonWhere stories live. Discover now