kesepakatan

23.9K 704 87
                                    

💏

Lengan kekar nan berotot itu menarik paksa Aruna hingga sampai depan pintu. Pintu ruangan yang sama sekali tidak dapat disentuh oleh siapapun, kecuali dirinya sendiri. Tetapi sekarang? Ia sendiri yang menarik Aruna masuk kedalam. Bahkan teman-teman—nya sekalipun tidak pernah dan tidak diperbolehkan, haram hukumnya menyentuh ruangan tersebut. Entah apa yang laki-laki itu pikirkan.

"Ngapain?" tanya Arkana bersedekap dada masih dengan nada dingin yang mengubah suasana menjadi lebih mencekam.

Aruna terdiam membisu seraya menunduk untuk menyembunyikan wajah cemas dibalik rambut messy namun terlihat sexy dimata Arkana.

"Ngapain?" tangan kekar itu menyentuh permukaan dagu dan mengangkat kepala—nya.

"Emm.. ituu.. aku.."

"Apa?" mata elang bak senjata tajam itu terus menatap Aruna sampai sang empu merasa seperti sedang berada diujung kematian. Badan kaku dan keringat dingin yang ia rasakan saat ini. Namun tidak dipungkiri mata tajam Arkana mampu membuat hati Aruna semakin berdegub kencang.

"Aku mau ketemu kamu. Hehe." Aruna berusaha menetralkan degup jantung. Apakah Arkana sampai merasakan degub jantung yang cepat ini? Entahlah.

"Urusan apa?"

Mendengar suara serak itu membuat Aruna terkesima dengan apapun yang ada dalam diri Arkana. Ketampanan sang ketua Blacklist memang tak bisa dibohongi. Ingin rasanya Ia mencium kelopak mata yang sedari tadi melototinya. Mengelus rahang kokoh dengan bulu-bulu halus yang mulai tumbuh. Dan mengecup bibir yang tak hentinya mengeluarkan nada sarkas.

Glekkk..

Aruna meneguk ludah sendiri tanpa sadar. Mengedip mata seperti anak kucing dan menggigit ujung bibir. "Emm ituu.."

Tak ada yang tahu. Sekarang giliran Arkana terkesima dengan wajah imut perempuan di depannya.

Mata belo bak anak kucing meminta susu pada induknya. Rambut berantakan menambah kesan sexy dimata seorang Arkana serta bulir-bulir keringat muncul dari dahi lalu turun perlahan melewati leher putih bersih gadis tersebut. Terakhir bibir merah muda alami yang membuatnya tidak fokus. Sampai akhirnya ia tersadar.

"Hm?"

"Pokoknya lo gabole nyerang." Aruna berucap lantang dan keras.

"Maksud lo?"

"Lo mau nyerang kan?"

"Terus?" tanya Arkana dengan satu alis terangkat menandakan hal ini hanyalah sebuah lelucon.

"Ya terus lo gabole nyerang!" kepala Aruna terangkat dan berdecak pinggang.

"Urusan sama lo?"

Aruna kembali menantang. "Urusan nya sama gue? Banyak! Gue gamau lo kenapa-napa. Gue gamau lo babak belur. Gue gasuka."

"Cih. Lo siapa?" Ingin rasanya Arkana tertawa mendengar lelucon sampah seperti ini. Emang siapa dia? Berani melarangnya ini itu.

"Gue? Guu..gue. Calon pacar lo." Aruna kembali gugup menjawab pertanyaan Arkana.

"Mimpi! Lo bukan tipe gue." Sentak Arkana keras.

"Terus tipe lo yang kayak gimana?" Aruna kembali bertanya dengan nada menantang.

Sedetik kemudian Arkana mendapatkan ide untuk memberi sedikit pelajaran kepada gadis nakal tersebut.

"Lo mau tau tipe gue?" dibalas anggukan antusias dari Aruna. Seperti apa tipe Arkana sebenarnya? Se cantik Belitta dan se sexy Monita aja ditolak. Tapi melihat senyum devil Arkana membuatnya kembali cemas.

Benci jadi canduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang