💏
Hangat mentari pagi menerpa kulit wajah gadis yang sedang tertidur pulas diatas kasur empuk nya. Gadis itu terpaksa bangun. Senyum manis menghiasi wajah nya pagi ini. Mengingat kembali kejadian yang ia lalui bersama dirumah Arkana. Semakin hari semangat Aruna bertambah untuk menaklukan hati Arkana. Laki-laki dingin bak es batu.
"Strategi apa lagi ya buat hari ini?" gumam nya pelan. Mengambil handuk dan berjalan kearah pintu kamar mandi.
Ketika berpakaian—pun Aruna masih memikirkan strategi apa yang paling ampuh. Apa ia langsung mencium nya ditengah lapangan? Oh shit! Tidak segampang itu.
Terakhir Aruna mengambil ransel lalu menuju ke ruang makan. Kepala nya celingak celinguk mencari keberadaan Bunda.
"Bundaaaaa.." setelah persekian detik namun tak kunjung mendapatkan sahutan.
"Bundaharaaaa. Bunda dimanaa?" lagi-lagi Aruna berteriak sambil menyusuri setiap sudut ruangan.
"Maaf non. Nyonya sama Tuan pergi ke Singapura. Non Runa ditelfon-telfon tapi gak di angkat," ucap asisten rumah tangga yang bekerja dikeluarga Emanuel.
Buru-buru Aruna mengecek ponsel. Ternyata 30 panggilan tak terjawab dari Bunda dan Ayah. "Hehe. Iya ada bik," sambil menggaruk tengkuk. "Yaudah kalau gitu Aruna langsung berangkat aja ya."
"Eh non. Gak mau sarapan dulu?"
"Engga bik. Aruna sarapan disekolah aja."
***
Suasana kamar bernuansa abu-abu itu sangat sunyi. Hordeng yang masih tertutup rapat. Hingga sinar mentari pun tak ada celah untuk menyelinap masuk. Pemilik kamar seakan tidak peduli dengan jarum jam yang kini menunjukan pukul 06:50.
Dibawah sana Shinta menunggu kehadiran anak sulung nya. Namun merasa ada yang tidak beres. Shinta akhir nya mengecek kamar Arkana.
"Astaga Arkana!" Shinta geram melihat Arkana membungkus diri nya menggunakan selimut tebal. Tanpa ada niat untuk bangun.
Sekali tarikan sehingga seseorang dibawah selimut itu tersentak. "Akh Mama.." suara berat khas bangun itu terdengar memanjakan telinga.
"Jam berapa ini Arkana! Nggak biasanya kamu telat bangun!"
"Emang sekarang jam berapa Mah?"
"Jam 06:45 Arakanaaa! Cepetan mandi!"
Bukannya kaget Arkana memilih untuk tetap santai. "Yaudah Mama keluar dulu, biar Arkana siap-siap." Ucapnya sambil mengucek mata.
"Yaudah cepetan."
Keterlambatan kemarin yang membuat ia bertemu dengan sosok perempuan menyebalkan, lalu sekarang perempuan menyebalkan itu hadir dalam mimpinya membuat ia terlambat lagi kesekolah. Akh sial! kenapa bisa?
***
Aruna berjalan menelusuri lorong koridor menuju kelas Mipa5, namun ditengah jalan ia merasa perutnya keroncongan sehingga berputar arah menuju kantin.
"Kang Mamat yuhuuu.. Bakso satu yaa" Aruna berani teriak karena kantin dalam keadaan sepi.
"Oke neng," balas Kang Mamat pemilik bakso langganan Aruna dan sahabat gesreknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci jadi candu
Teen Fiction🔞🔞❗️❗️ "Sayang. Aku mau ini yaa?" rengek Aruna menunjuk bibir sang pacar. "Heh! Kamu masih kecil," mendorong kening Aruna pelan. "Ih. Kamu kan pacar aku! Masa gak boleh?" "Boleh. Tapi nanti. Tunggu kamu besar." "Gak mau! Aku maunya sekarang!" ...