65

3.5K 291 113
                                    




"Kenapa phi belum turun?" tanya Fluke saat keluar dari walk in closetnya.

"Aku malas untuk pergi ke kantor" seru Ohm membuat Fluke hanya menghela nafasnya kasar dan mengahampiri sang suami.

Sedari pagi Ohm memang mengeluh tak ingin berangkat ke kantor dengan alasan ia malas bekerja, Fluke tentu saja tidak mengijinkannya, karena Fluke tak ingin Ohm bertindak seenaknya, ia tak mau karyawan Ohm memandang Ohm sebagai atasan yang semena-mena.

"Biar ku bantu" seru Fluke seraya memasangkan dasi pada Ohm.

"Tapi sayang"

"Ku tanya jika phi tidak pergi ke kantor phi ingin kemana huh?"

"Bersama mu di rumah itu lebih baik" seru Ohm sedikit menarik pinggang Fluke menghapus jarak keduanya.

"Au bahkan aku tidak kemana pun phi Ohm, kita bisa bersama setelah phi pulang kantor bukan?"

"Ck dan anak-anak akan menganggu kita lagi" Fluke tersenyum mendengar penuturan Ohm.

"Phi kumohon na jangan kekanakan"

"Aku tidak ke kanakan hanya saja kedua anak itu selalu berusaha menjauhkan mu dari ku" kesal Ohm

Ia merasa kedua anaknya berusaha untuk menjauhkannya dan Fluke, terlebih saat Fluke sudah mau berdekatan lagi dengannya, setiap ia bersama Fluke pasti kedua anaknya selalu mengacaukannya, ia ingat kemarin ia dan Fluke hampir saja bersatu sebelum suara Mark terdengar membuat Fluke mendorongnya dan memilih menghampiri Mark, atau saat ia sedang ingin bermanja-manja dengan Fluke suara Tittle terdengar dan meminta Fluke untuk membantunya belajar.

Kedua anaknya itu selalu memiliki cara untuk menjauhkan Fluke darinya, mulai merengek lapar, minta di ajarkan untuk tugas sekolah, atau meminta Fluke untuk menemani mereka bermain game lah, dan itu sukses membuat Ohm menahan emosinya mati-matian, mungkin jika tidak ingat itu adalah kedua anaknya Ohm sudah menghajar mereka habis-habisan.

"Bersabar na" seru Fluke tersenyum lembut, ia tahu Ohm beberapa hari ini menahan emosinya dengan tingkah kedua anaknya.

Ohm menganggukan kepalanya dan memeluk Fluke, menghirup aroma tubuh istrinya itu yang selalu bisa membuatnya tenang.

Keadaan tak jauh berbeda dengan Fluke, ia semakin merapatkan tubuhnya dalam pelukan Ohm, ia benar-benar merasa nyaman dengan pelukan Ohm. Sedari pagi sebenarnya Fluke seperti merasa sedikit gelisah tapi ia tak tahu penyebabnya, cukup lama keduanya berpelukan hingga suara Fluke kembali menginstrupsinya.

"Ayo turun anak-anak pasti sudah menunggu dibawah"

"Biarkan saja" seru Ohm seraya merapatkan pelukannya.

"Phi Ohm" seru Fluke sedangkan Ohm hanya diam dan mengecupi kepala istrinya itu.

"Phi kumohon na, aku lelah mendengarmu berdebat dengan Mark dan Tittle" seru Fluke membuat Ohm menghela nafasnya kasar dan melepaskan pelukannya, Ohm sedikit berjongkok dan mengecup perut Fluke.

"Jika kau sudah besar jangan jadi mengesalkan na seperti kedua phi mu" seru Ohm membuat Fluke tersenyum lembut menatapnya.

"Ayo turun" seru Fluke yang dianggui malas oleh Ohm.

.
.
.
.

"Kenapa lama sekali turunnya Mae" keluh Mark saat melihat Mae dan daddynya memasuki ruang makan.

"Makan saja sarapan mu" seru Ohm datar.

"Phi"

"Aku bertanya pada Mae bukan Daddy!"kesal Mark menatap datar Ohm, Fluke hanya memutar bola matanya malas.

DestinyWhere stories live. Discover now