47. Ancaman

1.3K 234 18
                                    

47. Ancaman

***

"DAN gue muak sama lo Sya!"

Sasya diam membeku. Tentunya perkataan Ali membuat hatinya teriris pilu, apa ia salah mempertahankan apa yang ia punya selama ini? Ali hanya miliknya, bahkan Sasya sangat mencintai Ali. Sasya rela melakukan apapun untuk Ali. Iya, Sasya rela.

"Puas kamu bikin aku malu?"

"Terserah!"

"APA AKU SALAH CINTA SAMA KAMU, AIDAN? JAWAB AKU!!"

Ali menghiraukan perkataan Sasya. Lebih baik ia pergi menemui Prilly yang sudah di pindahkan ke dalam villa, Prilly lebih penting dari pada Sasya yang mengemis cintanya.

"AKU CINTA KAMU AIDAN!!"

"KAMU HARUS TAU ITU!!"

"Ck. Maksud lo ciki cinta yang ada tulisan berhadiah bila beruntung itu maksud lo kan," celetuk Rio.

Peletak

Amanda menjitak kepala Rio yang entah apa isinya. Bisa-bisanya Rio masih bergurau sedangkan situasi sedang panas-panasnya.

"Kita harus santuy tanpa harus ikut campur. Cukup es campur yang bikin gue pengen ikut campur terus," ujar Rio membuat Amanda ingin menjitak lagi kepala Rio hingga pecah.

"Sana pergi ke toko otak. Mungkin lo butuh otak Yo!"

"Emangnya ada toko otak? kalo ada sihhh gue pengen beli lah. Biar otak gue kayak si Ali, encer," tanya Rio membuat asap-asap mulai mengepung di sekitar kepala Amanda.

"Sabar-sabar Man. Cukup pacar lo yang pengen lo tinju di saat dia ilang pas di butuhin. Si bekicot jangan sampe lo tinju, ntar Asya marah-marah," gumam Amanda dengan mengelus dadanya sendiri.

Sementara itu. Ali melihat Prilly telah di infus pada salah satu tangannya, matanya terpejam. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Kekhawatirannya selalu menjadi saat Prilly dalam bahaya.

Apa ia terlanjur sayang?

Namun mana mungkin, mana mungkin orang sepertinya cepat untuk jatuh cinta. Terlalu mustahil memang.

"Apa lo bagian dari masa lalu gue? tapi kenapa gue gak inget lo sama sekali. Bantu gue jawab semuanya."

Ali melihat kalung yang Prilly pakai.
Kenapa seperti familiar? bahkan ia seperti pernah melihatnya, tapi dimana? atau hanya perasaannya saja. Prilly hanyalah wanita yang ia tolong di pulau, mana mungkin Prilly pernah ada di masa lalunya.

Sangat tidak memungkinkan.

"Aidan? dia udah sadar belum? gue dari tadi tungguin dia sadar-sadar tapi ya gitu deh," oceh Asya khawatir.

"Mungkin sebentar lagi?"

Dan benar saja, mata Prilly bergerak-gerak. Prilly mulai membuka matanya secara perlahan karena silau matahari yang menyilau pada matanya.

"Akhirnya lo sadar Prill. Kita khawatir banget sama lo."



****

Hari senin adalah hari yang paling membosankan menurut sebagian murid-murid. Namun, beda lagi dengan Prilly yang baru saja sembuh sudah ingin cepat-cepat untuk bersekolah. Terlebih ia sangat ingin menemui Ali, dan memberikannya sebuah kue cokelat. Mungkin Ali akan suka.

"Ada ragi di atas loyang
Selamat pagi sayang..."

Asya tersenyum-senyum sendiri saat Rio merangkulnya serta berpantun.

Mermaid [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat