26. Cara Menulis Konsisten Hingga Selesai.

22 4 0
                                    

Materi:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Materi:

Tips menulis agar naskah kalian selesai:

1. Membuat outline.
Tapi, tidak semua cara ini efektif digunakan untuk setiap penulis. Kalau memang dengan outline malah membingungkan, yang harus dilakukan adalah menguatkan karakter tokoh utama. Di sini, tokoh kita harus punya karakter yang sudah pasti. Kemudian, tentukan endingnya. Kenapa endingnya dulu? Karena, itu adalah tujuan kita. Jadi, alurnya bisa kita susun sambil menulis, tapi kita tahu ke mana tujuannya. Jadi tidak menyebabkan plothole.

2. Menyusun jadwal.
Untuk menamatkan cerita, tidak harus menulis setiap hari juga. Misal, seminggu dua kali, seminggu sekali, yang terpenting, kita konsisten dalam jadwal ini.

3. Jumlah bab.
Ini juga menurutku penting. Karena, kita akan tahu isi setiap babnya dan tidak melebar ke mana-mana.

4. Jangan terbawa arus pembaca
Untuk menulis di platform, jangan terbawa arus pembaca. Pembaca boleh mengkritik, memberi saran, tapi tidak dengan mempengaruhi isi cerita kita. (Ini termasuk salah satu pentingnya outline)

5. Cintai Naskahmu
Cintai naskahnya tapi jangan sampai terlalu cinta. Maksudnya, kita harus percaya sama naskah sendiri, tapi jangan 'ah sayang ya kalau tamat'.

Mungkin, ini yang bisa aku share buat teman-teman semua. Semoga bermanfaat. Terima kasih

***

Tanya jawab sesi 1

1. Lady || Hai kak, izin bertanya. Kak ketika kita lagi nyusun outline terus misal baru dapet setengah dari jumlah keseluruhan bab kita dan saat mau lanjut malah bingung alurnya tapi udah tahu akhirnya itu gimana ya kak? Lalu kal, saat itu terjadi serangan malas nulis nyerang kak dan membuat tulisan kita nggk jalan, ada tips nggak kak untuk masalah ini?

Jawab: Hallo, Lady. Aku biasanya baca ulang keseluruhan cerita. Terus coba bayangkan interaksi tokoh utama kalian, atau tokoh pendampingnya. Kayak, wah bisa nih ada interaksi sama tokoh lain. Nanti, coba ditulis. Asal jangan terlalu melebar dari alur yang semestinya. Atau kalau masih buntu banget, coba bayanginnya sebelum tidur, just trick ya. Biasanya, besoknya pasti kebayang, oh bakal ke sini nih.

2. Rian || Kak, izin bertanya. Bagaimana cara kakak menguatkan karakter tokoh dalam cerita?

Jawab: Hallo, Rian. Sesuaikan dulu dengan tema. Jadi, kita temukan dulu temanya. Baru masuk ke penokohan. Misal, oh ceritanya humor, nih. Tokoh kamu mesti punya jokes-jokes receh yang bakal keluar dalam cerita. Sama ini, jangan buru-buru ditulis kalo masih ngerasa karakternya belum sesuai. Cocokin dulu juga sama lawan tokohnya. Masuk gak kira-kira kalau begini.

3. Dhea || Halo Kak Tia, izin bertanya. Saat menyusun cerita, biasanya kan kita kenal yang namanya sinopsis, premis, outline, dsb. Nah, di antara hal-hal tersebut, mana yang harus kita susun terlebih dahulu? Apakah premis dulu, baru outline, baru sinopsis, atau gimana?Dan, sekalian kasih tips dong Kak, cara menjaga ide utama cerita nggak berubah seiring berjalannya waktu. Soalnya kan, kadang kalau nulis itu suasana hati berubah-ubah. Terima kasih sebelumnya.

Jawab: Hallo, Dhea. Outline dulu baru premis. Kan dalam outline itu ada penokohan dan lain-lain. Baru ke premis. Kayak, outline itu mentahannya banget nih. Baru, kalo semua udah, masuk ke sinopsisnya. Tips jaga ide, kalau lagi moodnya bener-bener gak masuk banget, coba rest. Jangan pegang dulu. Takutnya malah kepaksa. Tapi, jangan dibiarin lama-lama. Nanti malah feelnya ilang. Misal, ada jadwal dua kali seminggu, dan hari ini lagi badmood banget, coba 2 hari kemudian tapi jadwalnya tetap.

4. Mifta || Malam, Kak. Izin bertanya. Apa setiap tokoh utama harus muncul di setiap part? Lalu, bagiamana saat outline sudah matang, ide menulis malah buntu? Bisa bagi tips untuk semangat menulis, Kak? Terima kasih.

Jawab: Hallo, Mifta. Tokoh utama gak harus muncul setiap bab kok. Kayak ada side story sekali-kali boleh juga. Seperti nunjukin bagaimana pandangan pemeran pendamping ke pemeran utama boleh juga. Outline sudah matang malah buntu, coba baca lagi outlinenya. Kalo outline kan biasanya ada gambaran setiap babnya. Atau boleh juga bawa jalan-jalan tokohmu. Gak sama banget sama di outline tapi masih ke sana maksud ceritanya. Semangat menulisnya bayangin, suatu hari nanti cerita kamu bisa dipajang di toko buku. Atau, bacain komentar positif pembaca. Nanti termotivasi.

5. Febby || Kak, Bagaimana cara mengatasi penyakit yang ingin menulis cerita lain sementara cerita satunya aja belum selesai?

Jawab: Hallo, Febby. Kayaknya ini penyakit umum ya. Tulis semua kalau bisa. Jadi, list menulisnya nambah. Bukan yang lama ditinggalkan ya. Cuma, yang aku alami emang susah juga. Apalagi kalo ceritanya beda genre. Alangkah baiknya, tulis satu-satu dulu. Ide yang barunya keep dulu biar mateng.

Tanya jawab sesi 2

1. Anit || kadang ingin konsisten tapi saat buat cerita berasa gak dapet feelnya akhirnya cert garing lalu.males ngelanjut akhirnya tertunda. Ada tips kak biar tidak begitu?

Jawab: Hallo, Anit. Itulah fungsinya outline dan penguatan tokoh. Biar kita percaya sama apa yang kita tulis. Garingnya menurut kamu sendiri atau pembaca nih? Kalo menurut sendiri, mungkin pas nulis ada perasaan terburu-buru. Pengin, cepet kelar tapi malah jadi kehilangan feel. Kalo garing kata pembaca, masuk ke selera aja sih. Intinya percaya sama apa yang kita tulis.

2. Yuni || Izin bertanya kak. Bagaimana cara agar isi bab itu sesuai porsinya dengan apa yang kita tuangkan dalam outline? Karena per bab kadang aku suka kepanjangan memasukan point-point yang sudah kutulis dalam outline. Jika point-point tersebut dibagi pada bab selanjutnya, itu berarti akan ada penambahan bab. Padahal, aku sudah pikirin dan harus selesai pada bab sekian, gak boleh melebihi itu. Jadi, intinya adakah tips atau cara agar isi bab kita singkat atau tidak terlalu panjang tetapi semua point yang sudah kita rancang dalam outline semuanya bisa tertuangkan? Makasih, Kak.

Jawab: Hallo, Yuni. Tentukan berapa jumlah kata perbab sejak awal. Jadi, nanti masukin poin-poinnya pas. Misal, di seribu kata, tiga ratus kata pertama poin pertama, begitu selanjutnya.

3. rudi || Sebelumnya aku izin bertanya. Kalau semisal kita menulis cerita terlebih dahulu (misal bab pertama) lalu kita baru menulis intinya setelah itu. Apa itu juga bisa dikatakan outline agar cerita kita tetap konsisten?

Jawab: Hallo, Rudi. Bisa. Asal memang bab awal itu memang kunci dari yang akan kamu tulis.

4. Januari | Kak, misal kita revisi cerita kita di tengah jalan, bukan cuma revisi dari typo tapi sedikit mengubah alur, itu bagaimana kak? karena baru menemukan ide gitu. kayak yg oh, ternyata ini lebih cocok? padahal sudah buat outline

Jawab: Hallo, Januari. Wah, berarti ini naskahnya masih labil. Menurtutku sebaiknya dihindari, nanti ujungnya juga malah makin bingung kalo alurnya yang diubah.

5. Bayu | Halo kak, izin bertanya. Jika kita sudah menentukan bab tapi tiba-tiba nambah sendiri karena beberapa alasan apakah nggak papa? Kita harus gimana ya kak menanggapi ide yang suka tiba-tiba muncul di tengah jalan?

Jawab: Hallo, Bayu. Ini masalahnya kayak nomor 4 ya. Sebaiknya, dihindari nambah-nambah bab kalau terlalu banyak, takutnya inti ceritanya malah gak nyampe juga. Kecuali, tambahan di extra part. Itu juga jangan sampai terlalu banyak. Bisa juga membuat sekuel ceritanya.

 Bisa juga membuat sekuel ceritanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  

Ruang Sastra Online [WDT]Where stories live. Discover now