25. Bunga-Bunga Bermekaran

1K 345 24
                                    

Rombongan penghuni akhirnya pulang. Setelah merayakan ulang tahun Bayu dan keliling Surabaya naik bus Tayo alias bus kota Surabaya yang bayarnya pakai botol atau gelas plastik bekas di keesokan harinya, pada sore hari setelah itu mereka ke stasiun dan baru sampai pada pukul enam pagi.

Haris sudah mengajak Esa bolos kelas mengingat mereka berdua masih punya jatah. Sayangnya Esa langsung menolak karena berpikir masih ada waktu istirahat, kelasnya dimulai jam empat dan biasanya masih molor lagi.

"Ayo skip juga, Mik."

Mika melirik Aji dengan kerutan di dahinya. "Kita beda jurusan btw."

Aji membuka mulut baru ingat. Maklum, otaknya habis kesleding Calvin pas tidur semalam.

Rino mendecak tak habis pikir. "Kalau mau mabal ya mabal sendiri, ngapain ajak-ajak. Di sini nggak ada yang sejurusan sama elo."

"Nggak mau kalau nggak ada temennya."

"Apa ngaruhnya? Kan beda jurusan geblek," sahut Shasha gemas menoyor kepala Aji.

Aji cemberut merasa diserang.

Bayu terkekeh melihat keributan teman-temannya ini, dia buru-buru melerai. "Udah udah, kelasnya pada siang kan, yang mau bolos ya bolos, yang mau masuk buruan istirahat mumpung masih ada waktu."

Pada akhirnya mereka mendengarkan apa kata Bayu dan memasuki rumah. Masuk ke kamar masing-masing, beristirahat sebelum kuliah.

**

Rino dan Nina memutuskan untuk berangkat ke kampus bersama pagi-pagi karena ada kumpul dengan anggota kelompok KKN. Meski kegiatan itu baru dilaksanakan awal tahun depan, kebanyakan mahasiswa memilih mulai berdiskusi sejak dini sehingga bisa berangkat dengan persiapan matang.

Bayu yang baru bangun memandang keduanya berjalan menuju pintu, matanya masih setengah terbuka tapi langsung tahu siapa yang sedang berjalan. "Berangkat barengan?"

Rino mengoleh lalu mengangguk. "Iya, ada rapat KKN."

"Naik apa? Motor lo kan masih di bengkel."

"Angkot."

Bayu mengangguk-anggukkan kepala lalu berbalik jalan menuju dapur.

"Berangkat dulu," pamit Rino berjalan keluar dari rumah.

"Bay," panggil Nina saat Rino sudah sampai di luar rumah. "Buku gue masih lo pakai nggak?"

"Enggak, lo butuh?"

Nina mengangguk. "Taruh aja di laci meja tengah, jangan dibawa ke kampus. Gue berangkat dulu."

"Iya," jawab Bayu mengangguk sambil menadahkan air mineral dari dispenser ke gelasnya.

Nina segera keluar dari rumah menyusul Rino yang ternyata sudah di jalanan kompleks duluan.

"Ninggalin!" protes Nina menyenggol lelaki itu.

"Pacaran dulu sih. Ngapain juga gue nunggu orang pacaran."

"Sembarangan mulut lo." Nina mendorong Rino sampai nyaris jatuh. Tenaganya sebagai perempuan kuat juga ternyata. "Tadi cuma mau minta balik buku gue yang dipinjem, biar nggak dibawa-bawa mulu. Kalau nggak diminta bisa seabad buku gue di Bayu."

Rino tidak berniat merespon lagi, cowok it terus berjalan keluar perumahan. Lalu menghentikan angkot yang menuju ke arah kampus Universitas Mandala.

**

Waktu Esa turun ke lantai satu, dia hanya melihat Prima yang sedang tengkurap di atas sofa seperti tidak memiliki semangat hidup. Ia menghampiri kemudian memukul punggung Prima dengan handuknya.

Perfect HousematesWhere stories live. Discover now