06. Demo

1.5K 700 59
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Siang itu mataharinya nyolot banget kayak ada yang habis ngatain. Tapi tidak menyurutkan semangat sejumlah mahasiswa yang turun ke jalan membantu menyuarakan tuntutan masyarakat pada pihak-pihak pemilik jabatan berpengaruh.

Bayu termasuk salah satu dari sejumlah mahasiswa Universitas Mandala yang ikut turun hari ini. Sebenarnya dia bukan tipe mahasiswa aktif dalam hal semacam ini, tapi lumayan kalau kali ini dia ikut berpartisipasi. Dia bisa merasakan bagaimana rasanya menyampaikan aspirasinya, tidak lupa sekalian mendokumentasikan, dan keuntungan lainnya adalah dijamin lulus di mata kuliah komunikasi massa.

Nggak sendirian, sama salah satu teman kosannya yang kemarin koar-koar nggak bakal ikut turun tapi nyatanya ikut juga. Siapa lagi kalau si mager Calvin. Cowok itu fokus memandangi sekitar sambil minum teh botol.

"Hm... banyak yang modus ternyata, pantesan!"

"Pantesan apa?"

"Pantesan pada semangat banget. Niat luarnya sih menyampaikan aspriasi tapi coba lihat berapa banyak cowok-cowok modus atau cewek caper di sekitar."

"Kalau iri mah bilang, Boss, jangan ngomel ke gue, nggak ada faedahnya!" Bayu jadi dongkol. "Eh tapi iya juga, cewek kampus lain kelihatan oke ya. Tapi dari tadi gue belum lihat anak LSPR."

"Kenapa? Lo mau ngincer anak LSPR?"

"Enggak. Cuma pengin cuci mata aja."

"Cuci mata nggak perlu ke anak LSPR, kan ada gue," terdengar suara familiar yang mendadak muncul, membuat Bayu dan Calvin kompak menoleh ke satu arah.

There, yang bersuara adalah the one and only Shalimar Permatasari.

Bayu pengin komentar pedas soal penampilan cewek itu sekarang. Heboh banget. Kacamata hitam, almamater yang dilipat sampai ke siku, dan rambut kuncir kuda pakai pita berwarna senada dengan almamater yang digunakan, kuning.

Calvin menyenggol Bayu.

"Noh mantan menawarkan diri jadi obat cuci mata."

Bayu melotot. "Astaghfirullah."

Shasha jadi mencibir, memukul lengan Bayu keras. "Inget lo pernah mau ke gue."

Di tengah percakapan tidak penting mereka itu, segerombolan anak Universitas Indonesia yang warna almamaternya hampir sama dengan Universitas Mandala melintas di depan mereka. Kompak ketiganya menunduk memperhatikan apa yang mereka kenakan.

"Ini pertama kalinya gue kesel sama warna almamater kampus kita," keluh Calvin melihat almamaternya sendiri. "Kenapa kudu mirip sama anak UI sih? Kan gue jadi merasa keren pakai almet kuning."

"Sama gue juga." Bayu mengangguk setuju.

"Gue justru merasa keren," tentu Shasha akan menjadi orang yang paling beda dan justru bangga.

Perfect HousematesWhere stories live. Discover now