01. Sebuah Pagi

3.3K 1K 206
                                    

From : Bby
ji, jadi anterin pulang kan?
kamu udah bangun?

Aji yang masih setengah sadar langsung membuka matanya lebar-lebar membaca chat yang dikirimkan pacarnya. Tentu saja tanpa berpikir lagi Aji membalasnya. Dia mengiyakan chat tersebut.

Serius Aji sempat lupa kalau dia ada janji akan mengantarkan pacarnya itu pulang ke Bandung. Jadi setelah sadar sepenuhnya, cowok itu langsung bergegas ke kamar mandi membersihkan diri dan bersiap.

Rumah masih hening waktu Aji keluar. Dari suasananya, belum ada yang bangun atau minimal mereka belum keluar kamar masih mengumpulkan nyawa. Hanya ada dirinya yang bersenandung kecil dengan penampilan sudah segar dan siap pergi.

Ternyata bukan dia sendiri yang ada di luar.

Ada penghuni lain yang kelihatan masih mengumpulkan nyawa. Namanya Prima. Cewek itu sedang meletakkan kepala di atas meja makan menghadap ke arahnya.

"Lo ada kelas pagi Senin gini? Tumben."

"Enggak, hari ini gue libur." Aji mengambil susu kaleng yang sudah diberi label kepemilikan.

"Terus lo mau kemana? Rapi amat."

"Nganter Tuan Putri balik."

"Dih mau aja lo dijadiin supir."

Aji mendengkus tidak menghiraukan respon Prima. Yang jelas, pagi ini merupakan pagi terbaik di bulan ini.

Hari ini adalah anniversary kedua dari hubungannya dengan sang pacar. Secara ajaib gadisnya tidak jadi pulang hari Minggu kemarin dan meminta tolong Aji mengantar ke Bandung pagi ini. Kebetulan Aji tidak ada kelas di hari Senin sepanjang semester ini, jadi tentu saja cowok itu menyanggupi permintaan pacarnya.

Aji sudah menyiapkan sederet rencana yang akan membawa mereka kembali ke masa-masa awal pacaran.

"Rapi amat Ji, mau kemana?" tanya Mika memasuki dapur.

Memang perpaduan antara Senin pagi dan Aji yang sudah rapi bukan sesuatu yang biasa di rumah ini.

"Mau jadi supirnya Tuan Putri," sahut Prima.

"Heh, nyawa kumpulin dulu baru ikut nimbrung!" balas Aji menoyor kepala cewek itu.

"Ya ampun, Pim, rambut lo kayak orang habis kesetrum tau nggak!" sahut Bayu mengacak rambut Prima yang sudah berantakan.

"Mas Bayu nggak usah ikutan rese!" protes Prima merapikan rambutnya walau hasilnya tetap sama saja, berantakan.

Aji mengabaikan manusia lainnya dan segera pergi dari dapur. Tanpa permisi pemuda itu memasuki kamar B03.

Pemilik kamar masih goleran di atas kasur dengan celana gemes tanpa memakai kaus.

"Bang, pinjem mobil," katanya sambil memasang senyuman merayu. Tapi langsung menelan senyumannya itu ketika Calvin memberikan lirikan tajam. "Sehari aja, pokoknya ntar pas pulang bensin full."

"Mau kemane lo pagi-pagi?"

"Pulang."

"Ngapain lo pulang Senin begini?"

"Ada urusan lah pokoknya, penting."

"Apa dulu? Gue nggak mau mobil gue disalah gunakan."

"Yang pasti mobil lo nggak akan gue gadai apalagi gue jual. Nggak usah kepo lah Bujang, boleh ya?"

Inilah tipekal manusia tanpa akhlak. Udah minjem, ngatain lagi.

"Nggak usah." Calvin menjawab dengan nada dingin.

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang