24. Bayu 20 Tahun

Mulai dari awal
                                    

**

"Aryan ngapain pake dasi kupu-kupu? Mau nikah?" Prima memandang Aryan seakan cowok itu alien karena pakaiannya yang terlalu resmi untuk acara ulang tahun.

"Hah, kata Kak Haris gantengan pake dasi gini," jawab Aryan polos.

Prima di sini paling fashionable. Wajar karena kuliahnya di jurusan fashion design, cara berpakaian sudah menjadi spesialisnya. Lihat saja betapa cantiknya Prima hari ini dengan kesan keren dan anggun yang bercampur menjadi satu. Bahkan Haris dari tadi tak melepaskan pandangan dari cewek itu.

"Apa lo lihat-lihat? Mau dicolok pakai heels matanya?" ancam Prima hendak melepaskan sepatunya.

Haris langsung buang muka sambil berdehem. "Diapa-apain juga cantikan Sonya."

"Mata lo kan buta kalau udah ada hubungannya sama Sonya," sahut Mika ketus. Cewek itu masih saja antipati terhadap Sonya.

"HOHOHOHO NICE CATCH!" teriak Aji mengangkat tangan tos dengan Mika. Ia kemudian menjulurkan lidah mengejek Haris yang terpojok.

Dasar Aji, mentang-mentang sudah pensiun dari dunia perbucinan.

"Aryan ganti!" pinta Prima menarik pemuda itu menyingkir. "Bodoh, adek sendiri dibikin salah kostum!" tegurnya pada Haris yang jadi cengengesan.

"Parah lo, Yis," kini Mika ikut angkat bicara.

"Ya gimana lagi, nanya mulu sih, yaudah kerjain aja," jawab Haris sambil makan ciki.

**

Perayaan ulang tahun Bayu berjalan dengan lancar. Ada beberapa titik yang membuat tamu yang ada di sana menangis terharu. Terutama saat Mama mengucapkan terima kasih pada Bayu karena sudah menjadi anaknya.

Manusia mana yang tidak menangis mendengar seorang ibu berkata seperti itu pada sang anak. Bayu pun tadi langsung memeluk ibunya dan menangis sejadi-jadinya meski menit berikutnya langsung kembali menjadi Bayu yang jaim.

Ketika prasmanan dibuka, Prima dan Aji segera menyerbu.

"Gila si Prima, pakai rok begitu tingkahnya nggak karuan," komentar Nina syok melihat Prima melesat melewatinya.

Tempat perayaan ulang tahun Bayu ini sangat bagus. Di sky lounge sebuah hotel di daerah Surabaya. Meski acaranya dilakukan siang-siang begini, pemandangan di sekitarnya tetap terlihat bagus dari ketinggian.

Makanan yang disajikan pun enak-enak khas hotel berbintang. Dekorasinya pun cukup estetik dan memanjakan mata.

"Mbak nggak makan?" tanya Felix melihat Shasha sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Makan dong, tapi entar," jawab Shasha.

Felix berjalan membawa ponselnya ingin membuat konten tiktok sekalian. Entah konten apa, terserah Felix.

Felix menghampiri Rino dan Haris yang makan dengan tentram di meja bundar yang berhadapan langsung dengan pendingin portable.

"Oi," panggil Felix mengarahkan kameranya pada Rino yang sedang menggigit sate cumi.

"Lo manggil gue?" tanya Rino masih menggigit cumi.

"Lo berani manggil Mas Rino kayak gitu? Wah nyawa lo ada sembilan ya," ujar Haris dengan nada memuji.

Rino meletakkan satenya kembali ke piring. "Ada masalah sama gue, Ris?"

Haris tiba-tiba merasa terancam hanya dengan mendengar pertanyaan itu. "Enggak Mas, nggak ada masalah. Everything okay," jawabnya nyengir sambil menyuapkan nasi ayam ke mulut Rino.

Di sisi lain, Nina dan Shasha duduk tenang ddi tempatnya. Mereka berdua memilih makan nanti saja daripada harus mengantri.

"KKN lo dapet kelompok berapa?" tanya Nina membuka percakapan sambil memberikan minuman ke Shasha.

"Kelompok tiga belas, di Lampung," jawab Shasha mengerucutkan bibirnya. "Jauh banget anjir, nggak bisa pulang. Lo dimana?"

"Gue di Mojokerto, Calvin juga di sana tapi beda kelompok sama gue."

"Enak banget masih di Jawa!"

"Lebih enak si Bayu sama Rino tuh, udah sekelompok tempatnya di Lembang pula."

Bibir Shasha baru terbuka ketika matanya tanpa sengaja memandang ke suatu arah. Kini kedua sudutnya tertari naik membuat senyuman. "Gue baru sadar cowok-cowok kosan kita tuh ganteng."

Nina mengangguk membenarkan. "Emang pada dasarnya mereka ganteng. Kita terlalu sering lihat mereka ileran aja makanya jadi memandang mereka sebelah mata."

"Kayaknya bener. Coba lihat Rino, Esa, terus Aji, mereka kelihatan ganteng banget. Aryan juga kelihatan dewasa kalau gini. Apalagi Haris, duh dia auranya keluar banget nggak sih."

"Haris nggak perlu dipertanyakan lagi ketampanannya."

"Calvin aura kekayaannya makin makin gila. Itu outfitnya dari atas sampai bawah gue itung-itung puluhan juta."

"Gabut banget lo ngitungin harga outfit Calvin."

"Gue cuma penasaran aja, dari atas sampai bawah Prada cuy!" Shasha menghela napas panjang memandangi Calvin yang sedang tertawa bersama Aji dan Aryan, entah menertawakan apa. "Mm... Nin, lo ngerasa nggak sih kalau ada sesuatu di rumah kos kita?"

Nina bergeming, tampak bingung sejenak, tapi kemudian menggeleng meski dengan ekspresi ragu.

"Yakin lo?" tanya Shasha dengan mata memicing seolah menaruh curiga.

"Kok lo ngelihatin gue kayak gitu?" tanya Nina mengerutkan kening.

Shasha menggeleng. "Enggak. Masalahnya lo tuh paling deket sama anak-anak, jadi heran aja lo nggak peka sama keadaan rumah sekarang."

Nina terdiam sambil berpikir. Apakah dia memang sedang tidak peka? Tapi dia merasa di rumah memang tidak ada apa-apa.

Tak berselang lama Bayu menghampiri mereka berdua, menyapa dan berbasa-basi sebentar dengan mereka.

"Sha, nyokap pengin ngomong sama lo," kata Bayu.

"Ha? Ngapain?" tanya Shasha mengerutkan kening heran kemudian melirik Nina.

Nina mengendikkan bahu acuh tak acuh.

"Bentar aja." Bayu menarik pergelangan tangan Shasha membawanya pergi bertemu dengan sang ibu yang menunggu di dekat meja kue ulang tahun.

Shasha yang kebingungan menoleh pada Nina sekali lagi. Sayangnya Nina sudah beranjak dari bangku menuju meja prasmanan.

Ah sial, Shasha kok jadi gugup!

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak :)

Muchlove

Sidoarjo, 28 November 2020

-Icha-

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang