Lalu apa rahasianya?? Kenapa sudah dibeberkan semua? Otak dan mulut Marsha sudah bocor semua.

"Boleh lah. Kamu kan pacar Gavin, artinya cuma punya Gavin. Jadi cuma Gavin yang boleh cium Marsha. Yang lain gak boleh, oke?"

"Ayah juga gak boleh?"

"Gak"

"Abang Nathan?"

"Gak boleh!"

"Bunda?"

"Kalau bunda boleh.."

"Kenapa bunda boleh tapi Ayah gak boleh Gavin? Ayah ada virusnya yaa?"

Gavin hampir saja terbahak mendengar pertanyaan polos itu.

"Hem, makanya jangan dekat-dekat sama Ayah yaa? Kalau lihat Ayah, Marsha langsung lari aja. Sembunyi, pokoknya Ayah gak boleh lihat Marsha. Virus Ayah parah banget dan cepat menyebar. Mengerti sayangku?"

"Marsha mengerti!!"

Gavin tersenyum licik, gilirannya sekarang yang akan balas dendam kepada Ayah nya.

"Nah, sampai jugaa. Ayo turun sayang.."

Gavin membuka pintu mobil untuk si tuan putri dan mengangkat tangan kanannya untuk melindungi kepala gadis itu.

"Gavin? Apa boleh bawa pacar ke sekolah? Bapak guru gak marah nanti?"

"Gak di marah kok.."

"Betul??"

"Iya sayang. Nanti kalau bapak gurunya marah, Gavin suruh Gabriel aja yang dimarah.."

"Hehe, Gavin pintar.."

Keduanya berjalan melewati lorong gedung kampus sambil bersenda gurau. Mengabaikan keberadaan manusia lain di sekitar mereka. Seluruh mata menatap penasaran ke arah keduanya. Gavin kembali membawa si gadis mungil dan mereka kembali bisa melihat senyuman dan raut bahagia di wajah si datar Gavin.

Ketika hendak menaiki tangga, tiba-tiba tangan Gavin di tahan seseorang. Gavin menghentikan langkahnya dan siap menerkam orang yang mencegatnya dengan tatapan membunuhnya.

Tapi tatapan membunuh itu berganti tatapan mengejek. Seseorang yang mencegatnya ada Dinda, si kakak tingkatnya itu. Dan Dinda terlihat benar-benar tak karuan. Dengan area kelopak mata yang menghitam, tubuh semakin kurus dan pundak yang turun seperti menopang banyak beban berat.

"Gavin, please..."

Bukannya merasa kasihan, Gavin malah tersenyum miring mengejek si kakak tingkatnya itu.

"Aku tau ini ulah kamu. Aku minta maaf, jadi tolong hentikan semua ini. Aku butuh lulus tahun ini. Toloong.."

"Bukan urusan saya.."

"Ayo sayang..."

Gavin menarik tangan Marsha dan berlalu meninggalkan Dinda yang menangis meratapi nasibnya.

"Gavin? Kenapa kakak jelek itu jadi tambah jelek?"

"Hem? Ya kan yang paling cantik cuma pacar Gavin.."

Tidak ada sangkut pautnya, tapi karena ini si mungil Marsha. Jadi gadis itu tetap mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

Setelah mengambil lembar nilainya, Gavin segera membawa Marsha ke kafe bunda yang di dekat kampus. Disana para sahabatnya sudah berkumpul, termasuk pasangan Rangga Shinta yang baru pulang dari luar kota. Jadi siap-siap saja mendengar kecerewetan kedua gadis itu.

"Gavin? Apa Gavin mau traktir Marsha karena udah jadi pacar Gavin??" tanya si mungil sembari keduanya berjalan memasuki kafe bunda. Gavin hanya mengangguk, males protes.

Hei, nona absurd!Where stories live. Discover now