Selfish

1.2K 144 25
                                    

Gavin terbangun begitu merasakan getaran alarm ponselnya. Gavin menggeliat sebentar lalu meraih ponselnya. Jam ponsel masih menunjukkan pukul 5:07 pagi.

Gavin lalu bangkit dan duduk menyender di kepala kasurnya. Lalu matanya menoleh ke samping, menatap rindu ke bantal kosong di sebelahnya. Bantal yang biasanya di peluk si mungil kesayangan nya.

Ini malam kedua Marsha mengungsi ke kamar orangtuanya. Tidur dan bersembunyi disana jika ada Gavin di rumah.

Ayah dan Bunda mungkin belum menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi kemarin. Makanya gadis itu masih saja menghindari Gavin.

Lalu Garendra pun sepertinya membantu misi Marsha menghindari nya. Ayah Gavin itu sepertinya masih tak setuju dengan kekeras kepalaan Gavin yang menolak melepas S2 nya itu. Jadi Gavin bisa melihat jelas jika Ayahnya juga berusaha menyembunyikan Marsha darinya.

"Gavin? Kamu sudah bangun sayang?"

Mendengar suara bunda di pintu kamarnya membuat Gavin segera beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya.

"Iya bunda?"

"Oh, kamu sudah bangun. Ayo bantu bunda masak yaa? Bunda terlambat bangun, boleh?"

Gavin mengangguk sembari menarik bibirnya tersenyum. Bundanya terlihat lucu saat panik, padahal masih jam 6 pagi.

Kedua ibu anak itu pun kini sibuk di dapur. Serena dengan wajan penggorengnya membuat makanan untuk bekal makan siang mereka. Dan Gavin bertugas membuat nasi goreng dan roti panggang untuk sarapan.

Hingga sekitar satu jam kemudian semua sarapan sudah tersedia di meja makan dengan rapi.

Nathan sudah duduk rapi di kursinya sejak tadi sembari mencolek nuttela. Sekarang tinggal menunggu dua predator yang masih belum keluar kamar.

"Kalian makan duluan saja, biar bunda yang panggilin mereka. Nanti kalian terlambat.."

"Siap bunda!"

Gavin memilih mengambil sepotong roti bakar dan membawa bekal makan siang bagiannya. Kembali naik ke kamar untuk bersiap-siap ke kampus.

"Gak sarapan?" tanya Nathan melihat Gavin bersiap meninggalkan meja makan.

"Ini cukup. Ayah gak akan keluar kalau tau aku disini.."

"Ckck, makanya iya in aja apa yang Ayah bilang. Aku juga setuju dengan usulan Ayah. Jangan sampai karena S2 kamu kehilangan Marsha.."

Gavin hanya diam tak menjawab meski dalam hatinya ia merasa sesak mendengar kalimat terakhir abangnya.

Kurang setengah jam kemudian, Gavin keluar dan sudah rapi bersiap ke kampus. Sembari menuruni tangga, matanya melirik ke arah meja makan. Disana sudah ada ayah dan Marsha yang sedang bercanda dan berebut pinggiran roti bakar sisa bunda.

"Bunda! Gavin berangkat yaa.."

Suara Gavin membuat dua orang yang asyik berebut tadi berhenti dan buru-buru merapikan diri dan duduk tenang.

"Sudah bawa bekal nya?"

Tanya Serena, Gavin mengangguk lalu menarik tangan sang bunda untuk ia cium. Lalu beralih menarik paksa tangan sang ayah dan meletakkan punggung telapak tangan itu ke keningnya. Gavin lalu berjalan ke belakang Marsha dan memberi kecupan di kepala belakang Marsha membuat gadis itu menengang.

"Gavin pergi.."

Marsha memutar kepalanya menatap tubuh Gavin yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu.

"Huuuuaaaa, Gaviiiinn... Marsha rindu, tapi Ayah gak bolehin ketemu, huaaa Ayah jahat Gaviinnn..huaaa..."

Marsha berlari sambil menangis dan masuk ke kamar Gavin. Ketiga orang yang masih di meja makan hanya bisa meringis sembari mengusap telinga mereka.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang