Absurd Feast by Marsha!

1.1K 113 20
                                    

Sepulang mendaftar ulang di kampus tadi, Gavin beserta para sahabatnya memilih bersantai di kafe sang bunda yang kebetulan dekat kampus.

Tapi niat bersantai menjadi lebih heboh karena si gadis absurd membuat acara tiba-tiba. Acara perpisahan untuk Rangga dan Shinta yang akan pergi dan tinggal di luar kota. Padahal mereka akan berangkat minggu depan.

"Sha, Shinta sama mas Rangga kan berangkat minggu depan loh. Perpisahannya minggu depan aja. Mas Rangga juga udah siapin acaranya kok.." ujar Shinta berusaha membatalkan niat Marsha yang ingin meminta bunda Serena mengusir semua pelanggan.

"Gak Shinta cantik tapi lebih cantik Marsha... Perpisahannya sekarang aja, Marsha lagi pengen perpisahan loh sama Shinta sama Rangga. Minggu depan kan masih lamaa.."

"Justru karena masih lama, makanya perpisahannya minggu depan cantiikkk.."

"Jangan panggil Marsha cantik, Gaby kayak om om mesuumm!!"

Gabriel sudah terbiasa kok, mentalnya sudah di upgrade. Jadi biasa saja meski Marsha membullinya terus.

"Sha, gak apa buat acara. Tapi jangan usir pelanggan yaa? Kasihan kafe bunda, nanti rugi.." bujuk Gavin sambil mengelus kepala Marsha, menenangkan gadis itu.

"Tapi kan, Marsha mau buat acara yang spesial untuk Rangga sama Shinta. Biar Rangga sama Shinta gak lupa sama Marsha, ingat terus sama Marsha. Memangnya gak boleh ya Gaviinn.. ~~" rengek Marsha sambil menampilkan ekspresi merengutnya. Memajukan bibirnya sedih, lalu dengan kedua mata bulat yang berkedip dan berkaca-kaca, tak lupa tangan menyatu memilin ujung kemeja Gavin.

"Aarrghh, ya sudah! Terserah kamu aja.."

Dan Gavin tak pernah bisa mengabaikannya. Bagaimana pun ia mencoba bertahan menolak, tapi Marsha selalu punya banyak cara untuk meluluh lantahkan pertahanannya.

"Yeeyy, Gavin paling baik pokonya, hihi.."

"Ck, lemahh!!" seru Leo mengejek.

Marsha segera berlari ke belakang menuju ruangan sang bunda. Meminta ijin untuk mengadakan acara di kafe. Serena tentu saja langsung mengiyakannya. Selagi tidak berbahaya, Serena tak pernah menolak permintaan putri kesayangannya itu.

"Bunda udah bolehin, tapi kata bunda acaranya di atas aja, soalnya di atas lebih luas. Jadi kata bunda, kalau Marsha mau buat acara pakai yang lantai atas aja ya sayang. Itu biasanya dipakai untuk malam. Tapi malam ini akan bunda tutup khusus untuk acara Marsha, oke cantik? Begitu kata bunda, jadi..."

"Ssst, pelan-pelan bicaranya sayang. Tarik nafas dulu..."

"Huuufft.. iissh, Gavin mah potong Marsha bicara aja. Marsha jadi lupa kann..~"

Marsha tetap melakukan perintah Gavin meski mengomel si akhir. Seisi meja itu hanya bisa terkekeh menikmati tingkah Marsha.

"Ya sudah, kita ke atas aja. Marsha sudah buat susunan acara nya kan?" tanya Rangga.

"Huh? Memangnya harus buat susunan acaranya gituu?"

"Ya iya dong, apa yang mau kita lakuin kalau gak ada susunan acaranya?" kali ini Gabriel yang protes.

"Ini kan acara perpisahannya gak betulan?! Jadi gak usah pakai susunan acara kayak perpisahan yang di sekolah. Masa Marsha harus panggil kepala sekolah ke sini untuk kasih sambutan gitu? Terus panggil guru-guru juga gitu? Terus pang..."

"Ssstt, bukan gitu sayang... Ah ya sudah lah, kita ke atas aja. Ikutin aja apa yang otak cantik ini rencanakan.."

Ke delapan remaja itu bergegas meninggalkan meja mereka. Menaiki tangga menuju lantai kedua kafe yang lebih luas dan terbuka.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang