Perasaan Dimas

150 10 0
                                    

Flashback on.

"Jadi, kenapa lo berubah? Lo sadar gak sih kalo belakangan ini lo cuek banget sama gue?" tanya Irene sambil memakan camilannya.

Dimas menghela napas. "Gue suka sama Octa."

Kunyahan Irene berhenti. Netranya menatap Dimas tak percaya. "Serius? Sejak kapan?"

Dimas menoleh pada Irene. "Sejak pertama kali gue nganter dia pulang kerja."

Irene melanjutkan kunyahannya. Sementara Dimas kembali menatap gradasi ungu-hitam di bentangan langit tanpa bintang. Keduanya kini tengah berada di rooftop kediaman Dimas.

Irene menelan camilannya. "Kenapa baru bilang sekarang? Itu kan udah lama banget."

"Waktu itu gue masih ragu, gue pikir itu cuma rasa kagum, tapi ternyata bukan," jawab Dimas.

"Kapan lo sadar kalo itu bukan sekedar rasa kagum aja?" tanya Irene.

Dimas menatap Irene. "Sejak lo deket sama Rasyid."

Irene memalingkan wajahnya. "Lo udah bilang ke Octa?" 

Dimas tersenyum kecil. "Belom lah, sama lo aja gue baru bilang sekarang."

Irene mendengus. "Ya udah kalo gitu sebelum gue berangkat ke Korea, gue harus mastiin kalo lo udah jelasin semuanya ke Octa."

Sekilas info, Irene adalah putri dari seorang wanita asal Korea dan lelaki asal Indonesia. Sebagian besar keluarga ibunya tinggal di Korea. Maka kalau ada acara atau masalah dari pihak keluarga sang ibu, Irene harus ikut orang tuanya terbang ke Korea.

Dimas menoleh pada Irene. "Gue kadang bingung deh sama sikap lo, waktu reuni lo keliatan baik banget sama mereka, trus waktu kita pertama kali ke Okana Ice Cream lo kayak gak suka sama mereka, dan sekarang lo maksa gue jelasin perasaan gue Octa, sebenernya lo tuh suka gak sih sama mereka? I mean sebenernya lo punya masalah apa sih sama mereka?"

Irene mengernyit. "Mereka siapa?"

"Ya Octa, Karin, dan Adel," jawab Dimas.

Irene menghela napas. "Masalahnya cuma satu, gue gak suka Octa terlalu deket sama Rasyid."

Dimas mengangguk pelan. Seandainya Irene mengatakan itu sebelum dia jatuh cinta pada Octa, mungkin rasa nyeri akan hinggap di hatinya. Tapi sekarang, setelah Irene mengatakan itu, hatinya tetap baik-baik saja. Dimas benar-benar sudah move on dari Irene.

Dimas mengernyit. "Tapi dari mana lo tau kalo Octa masih sedeket itu sama Rasyid? Kan setelah reuni, kita baru ketemu lagi sama mereka waktu di kedai es krimnya itu."

Irene menghela napas. "Rasyid kan sering bikin Instastory, trus kebanyakan isinya tuh Octa, dan waktu itu gue sengaja ngajak lo ke kedai barunya karena gue pikir dari sanalah gue bisa mulai komunikasi lagi sama Rasyid, secara itu kedai punya Octa, jadi gue yakin Rasyid bakal dateng ke sana, terlebih kedai itu masih baru."

"Lo masih deket sama Rasyid?" tanya Dimas.

Irene terdiam beberapa detik sebelum menjawab, "Peletnya Octa kuat banget."

Dimas melempar keripik singkong ke arah Irene. "Sembarangan aja lo kalo ngomong."

Irene terkekeh. "Tapi serius, gue kayaknya harus nyerah."

Dimas mengangkat sebelah alisnya. Sementara Irene menghela napas. "Rasyid itu, gue gak ngerti kenapa dia bisa tahan banget sama perasaannya, bahkan meskipun lagi jalan sama gue, pasti ada nama Octa yang dia sebut, dan gak jarang juga dia bandingin gue sama Octa, padahal lo tau sendiri kan gimana Octa ke dia?" celoteh Irene.

raShitOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz