Byur!

169 13 26
                                    

Dua hari kemudian...

"Octa bawa berkasnya! Kita berangkat sekarang!"

Octa yang tengah duduk sambil menyeruput susu kotaknya lantas bangkit bersama tasnya dan menyusul Rasyid yang sudah berjalan keluar lebih dulu.

Siang ini Octa akan menemani Rasyid rapat dengan beberapa pimpinan perusahaan yang sudah menjalin kerja sama sejak zaman kepemimpinan Wildan. Meskipun ini bukan rapat pertama kali bagi Octa dan Rasyid, tetap saja jantung keduanya berdebar hebat hingga Octa merasa sakit perut akibat terlalu deg-degan.

Rapat digelar di perusahaan Zendaya Corp. Tadi Octa pikir dia akan berangkat sendiri atau mungkin bersama Anggoro lantara dikiranya Rasyid masih sakit. Namun ternyata saat Octa memasuki ruangannya, Rasyid sudah duduk manis di ruangannya sendiri. Octa jelas bersyukur akan hal itu, entah bagaimana nanti kalau Octa rapat tanpa Rasyid.

"Kata Akbar nanti rapatnya selesai pas jam makan siang, lo mau makan siang bareng gue gak?" tanya Rasyid sembari mengarahkan mobilnya keluar parkiran.

Octa menoleh dan menatap wajah Rasyid yang terfokus pada jalan di depannya. Terbesit rasa rindu dalam hati. Sudah sepekan keduanya tidak bercengkrama kecuali perihal pekerjaan, selebihnya hanya diisi cekcok kecil karena tingkah menyebalkan Rasyid.

"Ta? Lo denger kan gue ngomong?" tanya Rasyid membuat Octa terkesiap.

"Oh iya boleh deh."

Suasana kembali hening setelahnya. Radio yang biasanya menyala kini diam tak bersuara, menambah kesan canggung keduanya.

Mobil Rasyid berhenti saat lampu merah menyala. Tetap tidak ada percakapan hingga Rasyid berdehem karena tidak tahan dengan suasana canggung itu, berharap Octa akan membuka suara walau hanya seputar pekerjaan.

Namun nihil, lima menit setelah Rasyid berdehem, Octa tak juga membuka suara. Dia hanya memandangi pemandangan di jendela sampingnya. Rasyid menghela napas pelan lalu berusaha membuka obrolan.

"Ta?"

Octa menoleh pada Rasyid yang barusan memanggilnya. Kedua alisnya terangkat seakan berkata 'apa?'.

"Udah sarapan belom?"

Octa mengernyit mendengar pertanyaan Rasyid yang terdengar seperti sedang pdkt.

"Udah, kenapa?"

Rasyid tak menjawab, dia kembali fokus ke depan. Octa lantas mendengus sebal, dikiranya Rasyid akan meminta maaf atau setidaknya berbicara lebih panjang dengannya. Namun sepertinya sampai venus bertukar posisi dengan mars juga tidak akan ada obrolan kalau menunggu Rasyid buka mulut. Dan akhirnya Octa memberanikan diri untuk membuka obrolan.

"Btw, lo makan siang dimana nanti?"

"Rencananya sih mau ke resto seberang kedai es krim lo, tapi kalo lo mau di tempat lain juga gapapa sih,"

"Gue sih ikut aja, tapi kenapa lo milih resto itu? I mean itu gak searah sama kantor kita,"

"Emangnya kenapa kalo gak searah?"

"Ya kan biasanya lo maunya makan di tempat yang searah sama kantor biar ga bolak balik atau makin jauh." jawab Octa yang tanpa dia sadari mengundang senyum kecil di bibir Rasyid.

"Hari ini lo pulang cepet, makanya gue pilih makan siang di sana karena gue yakin lo bakal mampir dulu ke kedai lo, tapi gak tau juga deh, sok tau aja gue," balas Rasyid diakhiri cengiran khasnya.

"Kok gue pulang cepet?" tanya Octa heran, pasalnya ini masih hari Kamis, dimana biasanya dia akan pulang paling cepat jam 4 sore.

"Ya karena emang udah gak ada kerjaan," jawab Rasyid yang sedikit bingung dengan reaksi Octa.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang