[40]

8.5K 1.7K 1.1K
                                    

Calon kekasih.

Jungkook mengulang-ngulang dua kata itu dalam kepalanya selagi Yeji mengambil sesuatu di kamar. Bibirnya terlipat ke dalam agar tiada tampak senyuman.

Jangan senyum nanti kelihatan tolol.

Namun setiap satu atau dua detik sekali ia tidak tahan dan harus membenahi posisinya, mencoba duduk tenang di sofa sambil memangku kedua tangannya di lutut. Duduknya sangat tegak sampai melupakan fakta kalau punggungnya masih nyeri tetapi berusaha keras terlihat kuat.

Meskipun Yeji telah menanyakan keadaanya berulang kali saat mereka di lift, di depan pintu apartemen, bahkan sampai meletakkan belanjaan di konter, Jungkook akan menjawabnya dengan kalimat sama; Tidak apa-apa, kok. Tidak sakit. Benar, tidak sakit. Padahal bohong.

"Apartemenmu jadi lebih kosong."

Yeji mendengar Jungkook bicara. Ia menoleh ke pintu kamar yang terbuka, tapi Jungkook tidak kelihatan dari tempatnya berdiri. Sejenak, mata Yeji mengejap dan langsung menyadari sesuatu.

Ah, hampir lupa. Card lock apartemen Jungkook masih ada padanya. Jadi, kapan pria itu pernah masuk ke apartemennya? Dan kenapa pria itu tahu apartemennya jadi lebih kosong? Tetapi ia memilih menyimpan pertanyaan itu untuk nanti.

"Aku baru memindahkan beberapa barang."

"Ke mana?"

"Ke tempat lain." Cuma itu jawabannya. Rasanya tidak perlu memberi informasi tambahan.

Di luar sana Jungkook menangguk pelan sambil memperhatikan lagi apartemen Yeji dengan tatapan seperti anak-anak. "Tapi apartemenmu jadi kosong."

"Terlalu merepotkan kalau banyak barang."

Jungkook mengangguk lagi dan kembali melihat sekelilingnya. Tidak ada televisi, bersih dari meja, tidak pula perabotan selain sofa yang menempel di dinding dan selembar karpet.

Selanjutnya ia menoleh ke jendela yang terbuka. Sepotong tirai putih tipis melambai tertiup angin. Jungkook sungguh menyukai tempat ini. Kapan-kapan dia harus main lagi.

"Song Yeji."

"Kenapa?"

"Aku boleh main lagi?"

"Main apa?"

"Main ke apartemenmu." Jungkook menjawab pelan.

"Kapan?" tanya Yeji.

"Terserah padamu."

"Harus ada alasan kalau mau berkunjung."

Jungkook tidak lantas menjawab. Sementara Yeji masih mencari-cari sesuatu di kamar.

"Kalau aku telepon boleh?" Jungkook masih penasaran.

"Boleh. Tapi kalau aku tidak menjawabnya sejak panggilan pertama artinya aku sibuk."

Jungkook segera mencatat itu dalam kepalanya. Baiklah, itu artinya ia tidak bisa mengganggu Yeji meski sedang rindu.

"Ketemu!"

Ia mendengar gadis itu berseru dan tak lama Yeji muncul di hadapannya dengan kotak simbol plus merah di bagian depan.

"Buka bajumu."

Hah? Jungkook melongo. Berjuang keras memahami maksudnya.

"Buka bajumu, biar kulihat dulu. Nanti kalau parah kita ke rumah sakit."

Kekhawatiran tersebut menimbulkan pemberontakan pada ketenangan batinnya. "Buka baju?"

"Apa perkataanku belum cukup jelas, Jeon? Biar kulihat punggungmu sebentar. Bunyinya tadi cukup keras, tidak mungkin baik-baik saja."

StreamingWhere stories live. Discover now