[18]

15.6K 3K 1.4K
                                    

Menu yang dihidangkan pegawai kantor di ruangan Kim Seokjin adalah makanan laut dari restoran terkenal dan mahal di Seoul.

Yeji bahkan tidak mampu berkedip saking terkejutnya dan tidak yakin apakah masih bisa bersikap normal di depan kamera nanti.

Kalau bukan karena keperluan syuting, rasanya Yeji sanggup melahap habis semua masakan ini.

Dalam satu menit Yeji bahkan sudah menelan ludahnya lebih dari sepuluh kali.

Song Yeji, hari ini saja, jaga martabatmu dan tetaplah profesional. Yeji menanam kalimat itu dalam hati.

Sementara matanya tidak bisa berhenti terpana pada menu di meja. Terdapat beberapa kerang raksasa, sate cumi bakar pedas yang dilapisi bumbu berwarna merah keemasan, gurita yang tetap pada bentuknya (dipanggang dengan kematangan sempurna dan dilapisi semacam bumbu pekat lada beserta saus kacang kedelai, dan untuk pelengkapnya terdapat rebusan kepiting dalam mangkuk jumbo yang dimasak bersama sayuran dan potongan cabai hijau. Cukup melihat tampilan luarnya Yeji bisa menebak cangkang kepiting itu mudah dipecahkan dan sangat empuk, selain itu rasanya pasti sangat nikmat.

Wow! Ini gila.

Tanpa sadar tangannya terangkat menuntup mulutnya sendiri. Tunggu, berapa total biaya semua makanan ini?

Menebak harganya saja sudah membuatnya menelan ludah susah payah.

"Kenapa diam?" Seokjin bersuara mengacaukan jalan pikiran Yeji yang mulai bercabang. "Kau merasa tidak sanggup menghabiskan seluruh makanan ini?"

Yeji menggeleng-geleng. Sepertinya lelaki itu sudah salah membaca ekspresi wajahnya.

Tetapi seketika ia bergumam tidak sengaja. "Berapa total harganya?"

Sadar salah ucap, Yeji menekan bibirnya lebih rapat.

Namun, Seokjin malah tertawa. "Aku yang bayar. Jangan khawatir. Hari ini aku ingin mengetes seberapa tinggi nafsu makanmu."

"Tidak, tidak. Maksudku, ini terlalu banyak, Sunbae."

Seokjin mengernyit dan mensensor makanan yang dipesannya satu persatu. "Terlalu banyak?" tanyanya heran dengan nada bergumam.

Lalu kepalanya berpaling pada Yeji. "Kurasa tidak. Aku ingat pernah menontonmu makan seloyang besar ramen dan dua puluh butir telur."

Yeji menggigit bibirnya seraya menggosok lehernya ketika mengamati lagi semua makan yang tersedia. "Bukankah ini terlalu berlebihan untuk kolaborasi perdana kita?"

"Ah, begitukah? Kalau begitu biar kupanggil asistenku untuk menyingkirkan ini semua,"  sahutnya enteng.

Ketika lelaki itu hendak meraih ponselnya di ujung meja, Yeji buru-buru menahan lengan pria itu. "Sunbae, mau apa?"

"Tadi kau bilang ini terlalu berlebihan. Aku akan ganti makanan yang menurutmu sederhana."

"Bukan begitu. Baiklah, baiklah. Kita mulai saja siarannya."

Kemudian dengan seulas senyum puas, Seokjin mengambil kotak yang berada di kolong meja. "Kalau begitu bersiap-siaplah."

Seokjin menyodorkan kotak putihnya kepada Yeji.

"Ini apa?" tanya Yeji ragu.

"Bukalah. Kau tidak perlu mengenakan topengmu hari ini, karena semua sudah kupersiapkan matang-matang." Seokjin mengacungkan jempolnya. "Selain itu, karena ini penampilan kolaborasi perdanaku. Aku ingin partnerku tampil menarik."

Yeji membuka penutup kotak itu setelah melihat bagaimana senyum Seokjin yang tampak meyakinkan. Ia ragu-ragu ketika menarik kunci kotak di bagian depan. Napasnya sempat tertahan begitu penutupnya terangkat.

StreamingWhere stories live. Discover now