[44]

4.9K 1.1K 761
                                    

Baru pertama Yeji mengunjungi tempat setenang ini. Matahari sore pudar menggantung di atas puncak Katedral tua yang sepertinya tidak lagi digunakan untuk beribadah. Katerdral itu dipisahkan oleh laut lepas dari mobil Jungkook yang terparkir. Ilalang banyak tumbuh di tempat ini, namun tidak menghalangi jalan. Semuanya mirip seperti foto-foto yang pernah Yeji lihat di internet. Bahkan ia meragu mereka masih berada di Korea.

"Dari mana temukan tempat ini?" Yeji menoleh pada Jungkook yang juga ikut bersandar di kap mobil, sama-sama memegang kaleng bir sejak beberapa menit lalu.

Jungkook menyeruput minumannya sebentar masih memandang lurus ke arah laut yang tenang. "Waktu itu aku salah jalan. Sekalian saja menginap karena sudah larut."

Yeji nyaris tersedak saat ia sedang minum karena mendengar jawaban sepolos itu. "Tidak takut?"

"Takut apa?" Jungkook menoleh dan melihat Yeji sedang mengusap bibirnya dengan punggung tangan.

"Hantu. Apalagi?"

"Tidak. Soalnya pernah lihat langsung."

"Hah? Pernah lihat sungguhan?"

Jungkook menarik napas dan menghela. "Pernah sih beberapa kali," jawab Jungkook tanpa tendeng alih-alih.

Mata Yeji membola. "Sungguh?"

Jungkook mengangguk kelewat tenang. "Saat di studio tari—aku tidak melihatnya langsung tapi aku melihat ada bayangan yang sepintas melewati kaca studio, saat itu pukul dua subuh. Lalu saat di kampus pukul tujuh malam, dan terakhir saat aku ketiduran di sini. Seseorang mengetuk bagian depan mobilku, tapi tidak ada siapa-siapa. Dia mengetuk lagi dan aku melihatnya. Cuma wanita tapi wajahnya rusak, mungkin seseorang dimasa lalu yang minta pertolongan, lalu pergi begitu saja. Karena masih ngantuk aku tidur lagi."

Kuduk Yeji meremang. Ia menoleh ke samping melalui sudut matanya. Memastikan wanita yang baru disebutkan oleh Jungkook tidak akan muncul. Kemudian beringsut lebih dekat dengan lelaki itu. "Jeon, kau sungguh pemberani rupanya."

Cerita Jungkook bukan untuk mengharap pujian dia berkata apa adanya, namun lelaki itu langsung menekan bibirnya agar tidak tersenyum. Ah, sial men. Dia bisa tersenyum karena sanjungan murah begitu. Namun tidak dipungkiri hatinya membumbung, merasa paling hebat hanya karena pujian singkat Yeji. Harusnya ia melebihkan sedikit ceritanya supaya dapat lebih banyak pujian, tapi lebih baik bicara jujur untuk membuat hubungan mereka tetap baik ke depannya.

"Tidak apa-apa. Jangan takut," ucap Jungkook. "Ada aku."

Jungkook begitu senang karena Yeji takut mahkluk halus. Paling tidak dia bisa diandalkan dalam hal ini. Sejak zaman sekolah, ia memang selalu ditugaskan jaga malam apabila ada kegiatan tahunan. Bertemu dengan beberapa hantu sepertinya bukan lagi perkara untuknya. Tetapi ia belum pernah merasa sehebat ini hanya karena menceritakan kisah mistisnya. Yeji membuatnya seperti orang paling berpengaruh.

"Aku bawa beberapa camilan jika kau lapar lagi." Jungkook memberitahu meskipun ia sudah mentraktir gadis ini di restoran daging yang mereka temui di tengah perjalanan.

"Aku sudah kenyang. Ngomong-ngomong, kau akan bertemu ibumu, kan? Saat memberikan suratnya padaku, dia berpesan untuk membujukmu agar mau bicara dengannya sekali. Dia merindukanmu."

Jungkook tidak suka mengaitkan siapa pun ke dalam hubungannya dengan sang ibunya. Namun berkat Song Yeji akhirnya ia bisa membulatkan tekad untuk menemui ibunya besok.

"Kami akan bertemu di kafe dekat apartemen."

"Syukurlah," bisik Yeji. "Aku harap kau akan baik-baik dan bisa memperbaiki semuanya."

StreamingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora