[45]

6.7K 1.1K 821
                                    

Last chapter. Aku mau kalian komen dan review untuk streaming terakhir kali. Jangan lupa vote sebagai bentuk dukungan. Dan bagaimanapun endingnya aku harap kalian bisa menikmati sampai bagian penutup.

__

Suasana gedung apartemen sudah begitu sepi ketika mereka kembali.

Jungkook tidak banyak bicara selama di lift. Mereka terus menyusuri loorong apartemen tanpa ada percakapan. Jungkook berpikir apalagi yang harus dia katakan untuk menahan gadis ini lebih lama. Tadinya ia ingin mengajak Yeji mengobrol santai di halaman apartemen sampai tengah malam. Namun keinginan yang diniatkannya tak pernah sebesar keberaniannya.

"Yeji." Jungkook memberanikan diri begitu mereka sudah ada di depan pintu masing-masing. Memaksakan dirinya untuk menarik napas panjang, ia harus tetap tenang. "Terima kasih untuk hari ini."

Yeji mengangguk seraya tersenyum lembut. Persis seperti seorang kakak kepada adiknya meski secara harfiah ia lebih muda daripada Jungkook.

Degup jantung Jungkook terasa semakin keras hanya karena melihat senyum manis itu. Ya Tuhan adakah yang bisa menghalangi mereka dari waktu dan perpisahan? Semakin dilihat, Jungkook merasa semakin tidak ingin malam mereka berakhir secepat ini walau masih ada esok.

"Kau tidak harus dengarkan mereka dan aku harap kau mau kembali siaran suatu hari nanti," kata Jungkook terdengar tenang. Kemudian ia menambahkan dengan gaya percaya diri dan suara yang terdengar dewasa, "Aku menasehatimu sebagai kakak, Song Yeji."

Yeji sempat terkejut karena Jungkook bisa bersikap sedewasa ini kemudian tertawa pelan. "Kalau begitu terima kasih nasehatnya, Kakak Jungkook."

Kakak. Jungkook benci panggilan menggelikan begitu, tetapi sekali lagi, Song Yeji dan Tessa adalah pengecualian meskipun Tessa tidak pernah memanggilnya kakak. Tessa hanya menyebutnya dengan nama saja.

"Jangan menggodaku. Dengarkan saja apa yang kukatakan tadi."

Yeji tertawa pelan. Jungkook begitu menggemaskan. "Kalau begitu terima kasih, Kakak Jungkook. Tetapi aku tidak janji bisa kembali menjadi Ylien," sambung Yeji. "Masih ada begitu banyak yang harus kulakukan. Jangan ditunggu, ya, Kakak Jungkook." Sedikit menggoda, memicu warna merona di telinga Jungkook.

"Yeji, besok kau ada waktu?"

Yeji menggigit bibir bawahnya. Tampak menimang-nimang. Dia tahu harus menjawab apa. Hanya menunda jawaban. "Jadwalku padat besok."

Bola mata Jungkook menelisik lantai, ikut berpikir, dan kembali menatap Yeji. "Bagaimana kalau hari minggu?"

"Tidak tahu," jawabnya lembut. "Aku tidak suka berjanji atau dipaksa berjanji."

Jungkook mengangguk pelan tanda mengerti. "Kabari aku kapan pun saat kau butuh aku. Aku punya banyak tempat bagus yang bisa kita kunjungi berdua."

Yeji membalas kata-kata Jungkook dengan senyum kalem. Tidak mengiyakan maupun mengangguk. "Aku harus masuk sekarang, Jagoan."

"Oke!" Jungkook berkata sigap walau hatinya belum rela mereka berpisah. Ia memandangi Yeji yang berbalik menghadap pintu apartemennya dan memijit kombinasi angka pada intercom.

"Song Yeji," panggil Jungkook sebelum gadis itu mendorong tuas pintu. Yeji kembali menoleh menunggu apa yang hendak Jungkook utarakan.

"Ciuman tadi..." ujar pemuda itu gugup, lalu menggosok tengkuknya dengan satu tangan yang sudah tenggelam dalam kantung celana, "aku baru tahu kalau ciuman bisa membuatku lebih bahagia."

Dengan begitu Yeji kembali menghadap lurus Jungkook dan menyeringai. "Dulu katanya kau tersiksa waktu kucium."

"Sekarang situasinya berbeda. Jadi boleh lakukan lagi kapan-kapan atau mungkin... s-sekarang?"

StreamingWhere stories live. Discover now