[14]

14.5K 2.8K 487
                                    

"Jadi, mau ke mana kita?" tanya Yeji usai memakai sabuk pengaman dan menoleh pada Jungkook di sampingnya.

Sore itu sepulang dari kantor agensi, ia menepati janji mendatangi gedung studio tari yang Jungkook beritahukan. Yeji meyandarkan tubuhnya berusaha mendapat posisi ternyaman.

"Nanti kau akan tahu." Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Jungkook menyalakan mesin dan pergi mengendarai mobilnya meninggalkan kawasan itu.

"Kau punya minuman?" Yeji membuka percakapan sambil memalingkan badan, mencari-cari sesuatu di jok belakang.

"Tidak ada," jawab Jungkook muram. Pandangannya masih fokus ke jalan di hadapannya. "Tidak ada acara makan atau minum. Justin baru mandi pagi ini."

Yeji mengernyit. Kali ini siapa lagi yang lelaki itu juluki Justin? Tetapi alih-alih bertanya, Yeji tidak menggubris kata-kata tersebut.

"Kau tidak penasaran siapa Justin?" tanya Jungkook kemudian karena merasa diabaikan.

"Oh, ya. Siapa memangnya Justin?" Dengan berbesar hati gadis itu menekan egonya dan bertanya dengan nada seramah mungkin.

"Mobilku."

Dengan terpaksa Yeji merenggangkan bibirnya, memaksa bibirnya mengulas senyum. Selanjutnya ia mengatupkan mulutnya, lalu membuang pandangannya ke luar jendela.

Ya, ampun. Benar-benar hari yang panas.

Lebih panas karena ia terjebak dengan laki-laki ini dan... Justin. Well, Jennifer dan Justin, apa di masa depan Jungkook akan menikahkah mereka. Kita lihat saja.

***

Jungkook menghentikan laju mobilnya di pelataran yang tak jauh dari kompleks gedung apartemen di jajaran pusat kota. Posisi mereka jauh dari keramaian, namun masih dapat melihat jauh ke depan pintu masuk gedung.

Langit senja oranye masih cukup terang, awan mengapung dan suasana cukup tenang. Mereka terus berdiam diri mengawasi sesuatu yang bahkan tidak Yeji ketahu sama sekali, sampai saat Jungkook bergerak gaduh di tempatnya.

"Dia keluar. Dia keluar."

Yeji memutar bola matanya. Wanita yang dimaksud Jungkook adalah wanita yang fotonya pernah diperlihatkan lelaki itu saat mereka mencari pakaian. Sekarang wanita di depan sana kelihatan sedang menanti sesuatu. Sesekali mengecek ponselnya dengan tindakan gelisah.

"Kau menyukainya, kan? Jangan jadi pengecut. Jadilah pria jantan dan hampiri dia," sembur Yeji mendesak.

"Kau tidak mengerti masalahnya."

"Memangnya apa masalahnya?"

Jungkook berpaling pada Yeji sekilas. "Aku tidak perlu menjelaskannya. Kurasa kau bisa mengetahui itu."

Yeji mengangguk. "Kurasa aku tahu. Tapi mungkin kau punya teori yang lain."

"Tentang?" Jungkook menatap Yeji dalam-dalam sembari mengernyitkan alisnya.

Gadis itu mengangkat bahu, tatapannya menerawang ke depan. "Sembunyi dan tidak mengakui perasaanmu, adalah tindakan pria paling memalukan. Kalau aku adalah kau, kupastikan akan melompat dari mobil dan menawarkan tumpangan, tidak akan kusia-siakan kesempatan ini. Siapa tahu dia sedang membutuhkan bantuan."

"Tidak semudah itu."

"Jelas semudah itu," bantah Yeji. "Hati dan gengsimu yang mempersulit segalanya."

Di kursinya Jungkook mendesah dan kembali memberikan seluruh perhatiannya pada wanita itu, Kwon Siyeon. "Aku takut menjadi pria yang tidak sesuai dengan kriterianya."

StreamingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang