[19]

13.4K 2.7K 647
                                    

        Jungkook punya pengalaman nol persen dalam percintaan. Dia tidak pernah tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa sukanya dengan benar.

        Sekarang Jungkook merasakan pengalaman seperti masuk ke jurang yang digalinya sendiri.

        Alih-alih mengatakan maksud hati sesuai yang dia niatkan, entah mengapa yang berputar-putar di kepalanya adalah nama Song Yeji.

        Cukup aneh mengingat tak ada kecocokan di antara mereka, namun suara gadis itu sungguh tidak mau meninggalkan isi kepalanya. Mulai dari bagaimana Yeji mengajarkan cara melakukan ciuman, dan setiap kali berpapasan di apartemennya ada setitik rasa penasaran yang singgah jauh di lubuk hati. Setiap tindakan kecil Yeji, sejujurnya memang kerap kali menimbulkan tanda tanya besar tak terbantahkan.

        Sekarang ia sendiri masih bertanya-tanya bagaimana nama itu bisa meluncur dari bibirnya tanpa kehendak.

Aku menyukaimu, Song Yeji. Ayo berkencan.

Gila betul.

Jungkook benar-benar harus membenturkan kepalanya ke kap mobil setelah ini. Tetapi mana mungkin, jangan ngaco. Dia tidak sebodoh itu.

        Pokoknya semua ini salah Song Yeji. Batinnya bergejolak.

        Kedua tangannya ikut mengepal erat seakan meremas nyalinya yang baru lepas. Jungkook kegerahan. Keringat di dalam bajunya mengucur deras. Napasnya tersekat dan dia merasa inilah batas akhir hidupnya.

        Ah, satu lagi. Hal terakhir yang paling krusial yang sempat terlupakan.

        Mungkinkah Yeji masih ada di sana? Di belakangnya? Gadis itu mendengar seluruh pengakuan tadi?

        Jika benar begitu, siapa pun tolong lenyapkan dia sekarang juga, kalau kalian tak lupa bahwa laki-laki juga punya rasa malu.

        Saat ini, paling tidak Jungkook berharap Yeji tidak ada di tempat ini.

        Perlahan dalam tempo lambat kedua tepi bibir Siyeon terangkat menggoda.

        Siyeon mencolek perut Jungkook lalu bersidekap. "Jadi kau sudah menemukannya? Dan kau bermasud pamer padaku?" tanyanya dengan gelagat usil.

        Jungkook mematung, belum bisa berbicara.

        "Di mana dia sekarang?"

        "Siapa?" Jungkook menjilat bibirnya. Rasa panik mengembang semakin besar.

        "Gadis yang bisa membuatmu bergairah. Ayo tunjukkan padaku."

        Lantas sebuah suara mulai bermunculan di kepalanya.

        Lari!

        Seruan itu terdengar diulang-ulang seperti penderita skizofrenia.

Lari ke mana?
Tidak tahu.
Ke mana saja.
Aku bukan pengecut.
Tetapi semuanya sudah selesai.
Sialan, men. Harus bagaimana?
Lari!

Alih-alih mendengarkan bisikan yang tumpang tindih dalam otaknya, Jungkook malah berkedip beberapa kali lalu menarik napas dalam-dalam hingga dunianya kembali dan menyadari dirinya masih berdiri di hadapan Siyeon yang sedari tadi menatapnya.

        Tidak apa-apa, sudah basah sekalian saja tenggelam. Diam-diam ditelannya air ludah sambil mengatur napas.

        "D-dia...," napasnya tersekat, "N-noona benar aku sudah menemukannya!" kata Jungkook, dengan nada memburu. "Terkait apa yang kukatakan di studio waktu itu, bukan Noona orangnya. Orang yang kusukai sama sekali bukan Noona. Aku selalu memikirkan gadis lain. Asal itu bukan kau."

StreamingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang