[25]

11.5K 2.3K 1.3K
                                    

Komennya ramein ya.
Biar aku semangat update.
Tenang gak pake target kok.

***


"Kau akan pergi pagi ini?" Jungkook tersenyum manis. Lebih tepatnya senyum yang tampak diplester.

Untuk sejenak lelaki itu terdiam. Senyumnya memudar.

Dia kembali berpikir. "Adakah yang ingin kau makan sebelum pergi?"

Kemudian menelengkan kepalanya ke kanan, meringis, dan merasa sosok berambut basah yang sedang memakai handuk hijau di cermin adalah salah. Salah besar. Setiap kali mencoba berbicara ada saja yang kurang.

Bukan begini. Katakan saja begitu. Seharusnya tidak begini, dan pikirannya tetap saja berkecamuk tentang apa-apa saja yang pantas ia katakan kalau bertemu Yeji nanti.

Sebetulnya kepergian Yeji bukan sesuatu yang patut dipermasalahkan. Tetapi Jungkook tidak menampik eksistensi Yeji cukup berpengaruh.

Sekarang harus bagaimana Jungkook mencegah kepergian Yeji?

Pasalnya, Jungkook lupa kapan terakhir kali ia merasa lega tinggal berdampingan dengan seseorang. Dia sudah pergi meninggalkan rumah saat usianya enam belas, dan sekarang sudah terhitung lebih dari lima tahun.

Pulang pun hanya beberapa kali dalam setahun. Ayahnya sepakat membelikan Jungkook tempat tinggal dan membiarkan dia mengurus hidup secara mandiri sesuai permintaannya.

Ya, sekarang Jungkook merasa kosong atas kepergian Yeji. Sedikit. Mulanya dia tidak suka seseorang tinggal dengannya, tapi ternyata tidak begitu buruk.

Lain kali dia harus buka sewa kamar untuk orang lain.

Jungkook menghela napas memperhatikan wajahnya sendiri di kaca. Kemudian pandangannya menjalar pada sikat gigi Yeji yang berdampingan di gelas kumur berbeda dengan miliknya.

Sikat gigi itu masih kelihatan lembab, lantai kamar mandinya saat masuk tadi juga masih basah. Kemungkinan Yeji bangun lebih awal untuk mandi dan membereskan segala hal.

Jungkook terus diam memperhatikan sikat gigi Yeji. Perlahan tangannya merambat menyentuh dadanya yang polos. Sesuatu menyeruak di sana. Terasa berat dan mengganggu.

Nanti kalau menikah harus terbiasa begini, kan?

Tiba-tiba dia menggeleng menampik bayangan mengerikan beberapa satu detik lalu.

"Apa yang baru saja kupikirkan?"

Dari mana datangnya pikiran tentang hubungan terikat secara hukum, logika, dan fisik? Pernikahan? Tidak. Jungkook tidak mengerti mengapa harus bayangan itu yang tiba-tiba muncul.

Jungkook mengacak rambutnya gusar. Dia pergi meninggalkan cermin dan kembali berlari ke sana.

"Jadi... kau memang berniat pergi sekarang?" Dia mencoba sekali lagi.

Tak berselang lama dia melepas napasnya yang kacau.

Sudahlah. Jangan. Tidak usah bilang apa-apa. Itu lebih baik.


***


Partikel debu berterbangan di sekitar wajahnya. Membuat Yeji terbatuk dan harus sesekali mengibaskan tangan.

Kemudian dia berjalan ke jendela dan membentangkan gorden sebelum membuka pengait jendela. Warna-warni jalanan mempercantik suasana.

Orang-orang di bawah sana berseliweran, dan toko-toko mulai aktif di bawah sinar langit pagi. Hari tampak cemerlang, awannya biru-gemuk, dan embusan angin bergeser sepoi-sepoi.

StreamingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang