[33]

8.4K 1.8K 962
                                    

Yeji keluar dari kamar dengan rambut lembab sehabis keramas. Tubuhnya yang segar dan bersih menguarkan wangi sabun yuja. Kemudian ia melesat ke balkon, dan menggantung handuk yang baru dipakai, lalu beranjak menuju dapur.

Hari ini gadis itu mengenakkan kaus abu-abu yang diselipkan ke dalam celana jins dipadu jaket levis biru pudar. Dia tidak benar-benar yakin akan penampilannya, tetapi begini saja sudah cukup. Semua ini gara-gara Jungkook yang membuat jadwal paginya agak berantakan. Matanya terasa berat karena menunggu pria itu semalaman. Tetapi Yeji patut bersyukur setidaknya ia tidak tidur di kantor polisi.

"Aku tidak menyangka kau datang ke tempatku sepagi ini." Yeji membuka kulkas dan mengambil botol susu kemasan, lalu memberikannya pada Mina.

"Aku bertengkar dengan orang tuaku."

Yeji tidak ingin menggali lebih jauh. Dia hanya mengangguk mengerti dan mengambil roti yang baru keluar dari mesin toaster. "Mau pakai selai?"

Mina menggeleng. Gadis itu hanya menunduk terdiam di kursi konter sambil memegangi botol susu dengan dua tangan. Jawaban itu membuat Yeji berpikir Mina tak ingin apa pun.

"Terkait pria yang bersamamu pagi ini di mobil..." Mina mula bersuara, wajahnya amat datar dengan napas teratur namun dengan sorot mata amat menusuk. "kalian ada di sana semalaman?"

"Kau tahu?" Yeji bertanya sambil meletakkan roti selai cokelatnya di piring dan mengambil roti lainnya.

Mina menghembuskan napas tak menjawab seolah ada yang terus menganggu pikirannya. "Perihal kau dan pria itu, sudah sejauh apa hubungan kalian?"

Pisau selai di tangan Yeji berhenti. "Aku tidak begitu yakin. Tapi kau bisa sebut kami tetangga." Lalu mengoles kembali selai ke permukaan roti.

Yeji mengangkat wajahnya sebentar untuk melihat lawan bicaranya. Raut Mina senantiasa sama, tak bisa ditebak. Mungkin karena gadis itu sedang kesal dengan orang tuanya seperti yang tadi dikatakan.

Namun meskipun tidak banyak bicara, Yeji merasa ia terus diawasi seperti itik malang yang siap dimangsa karnivora. Gadis itu terus terdiam, memandang lurus padanya itu dengan sorot seolah menunggu Yeji melontarkan penjelasan. Maka ia berdeham pelan, dan meletakkan pisau beserta rotinya ke piring.

"Kau pergi kuliah hari ini?"

Gadis itu terdiam empat detik lamanya sebelum berkedip dan menjawab, "Ya."

"Jam berapa?"

"Kelas malam."

Yeji mengangguk dan mulai menyantap makanannya. Tetapi ia merasakan adanya nuansa kaku. Suasana yang belum pernah ia rasakan di antara mereka. Sikap Mina yang juga agak berbeda padanya membuatnya bertanya-tanya. Apakah ia melakukan kesalahan?

Tiba-tiba Mina mendesah melalui hidung. "Kau tidak mungkin menyukainya, kan?" tanyanya. "Tetanggamu, pria di mobil tadi, kau tidak bakal menyukainya, kan?"

Yeji tidak langsung menjawab, hanya menatap Mina tanpa berkedip selama beberapa detik, lalu bertanya, "Kau ingin aku menyukainya?"

"Kau belum mengerti maksudku?" sahut Mina, jelas sekali suaranya terdengar kesal.

Alis Yeji terangkat. "Adakah sesuatu yang kulewatkan?"

Mina menarik napas sangat dalam, kemudian berkata dengan suara yang sedikit lebih redam. "Aku menyukaimu."

"Aku juga menyukaimu." Yeji tersenyum lebar. "Kau sudah begitu baik padaku sejak pertama kali datang ke Seoul, jadi aku menyukaimu."

"Bukan itu," sangkal Mina sembari menatap Yeji tajam. "Aku menyukaimu. Kenapa kau belum juga sadar? Aku menyukaimu. Aku menyukai Song Yeji sebagai wanita dewasa. Kau boleh tidak percaya padaku, tapi aku telah mengungkapkan apa yang sesungguhnya kurasakan beberapa bulan ini. Aku benar-benar menyukaimu. Aku sangat, sangat menyukai Song Yeji bukan seperti seorang teman. Sampai sini kau mengerti apa yang kumaksud?"

StreamingWhere stories live. Discover now