Kesadaran Yang Mengejutkan

2.7K 216 19
                                    

Nata menghentikan mobilnya di depan sebuah bangunan yang tiang-tiangnya terbuat dari kayu. Udara segar dan sejuk langsung menyapa begitu dia keluar dari mobil. Disambut aroma jagung bakar dan kopi Nata menuju kursi plastik di bagian belakang bangunan.

Penatapan yang biasanya selalu ramai disaat weekend kali ini begitu sepi. Tidak tampak pasangan muda-mudi yang biasanya bercengkrama sambil menikmati jagung bakar atau kopi di sana. Huh, ini Senin, Bung. Kau saja yang aneh. Lari hanya karena rasa bersalah kepada sekretarismu. Katanya benci, nggak tahunya... Ejekan yang begitu sinis meraung-raung di kepalanya.

"Kopi?" Suara serak menyapa membuyarkan lamunan Nata. Pria berpostur besar itu menarik salah satu kursi lalu duduk di samping Nata.

"Terima kasih," jawab Nata menerima cangkir seng kecil berisi cairan hitam yang disodorkan Bang Sony, pemilik tempat itu.

"Sedang teringat si Rania brengsek?" tanya Bang Sony sambil menyalakan rokok. Asap mengepul dari bibirnya mencemari udara segar yang semula melingkupi mereka.

Nata tak menjawab. Diambilnya rokok di meja lalu menunduk saat laki-laki berwajah bulat itu menyalakan pemantik. "Tidak takut dimarahi si Rania?" pertanyaan iseng dan penuh canda Bang Sony sukses membuat Nata tersedak asap yang baru diisapnya. "Bahkan setelah lima tahun, mendengar namanya saja kau langsung tersedak. Jangan-jangan langsung kau cekek dia kalau tiba-tiba dia muncul di depanmu," ucap Bang Sony dengan logat batak yang kental.

Tak sepatah katapun mampu keluar dari mulut Nata. Entah apa yang akan dikatakan pria tua di sebelahnya ini, kalau saja dia tahu sekarang Rania bekerja di perusahannya.

Dulu, saat weekend, Nata kerap mengajak Rania datang ke tempat itu. Duduk berlama-lama di sana sambil menatap hamparan bukit hijau yang kadang berkabut. Menghirup udara segar dilengkapi dengan kopi dan jagung bakar plus mie instan. Menikamati kedekatan dalam diam. Suasana tenang, angin sepoi-sepoi, dan rasa lelah karena harus menyelesaikan tugas akhir membuat Nata terkadang tertidur sambil menyandar di bahu Rania. Sementara Rania asyik membaca novel favorit yang selalu tersedia di tasnya atau mengobrol berdua Bang Sony di sela laki-laki itu melayani tamu yang datang dan pergi silih berganti.

Pernah mereka terpaksa menginap di tempat itu. Hujan deras yang tak juga berhenti sampai malam membuat Nata dan Rania tak bisa pulang. Ditambah lagi motor butut hasil pinjaman dari teman kosnya, kondisi lampunya tidak terlalu terang, membuat keputusan untuk tetap tinggal adalah pilihan yang paling tepat.

Malam itu demi menghalau rasa dingin yang begitu menggigit, Nata mengambil rokok milik Bang Sony. Dan dia langsung membuang rokok yang baru diisap sekali itu ke tengah hujan saat Rania menyodorkan rokok ke arahnya, meminta untuk dinyalakan. Tawa Bang Sony langsung pecah melihat kekonyolan yang dilihatnya.

"Aku juga kedinginan," ucap Rania dengan mulut mengerucut ke depan.

"Nggak usah ngerokok juga," jawab Nata kesal.

"Kamu merokok."

"Tapi kamu nggak boleh."

"Apa bedanya kalau kamu merokok. Toh, racunnya mau tak mau kamu bagi juga ke aku. Enakan juga ikut ngisap," jawab Rania tetap ngotot.

"Sudah kubuang. Sekarang punyamu buang juga."

Tanpa menunggu diminta dua kali Rania memasukkan rokok yang dia pegang ke bungkusnya kembali. "Untuk Bang Sony," ujar Rania sambil menyodorkan bungkus rokok saat melihat pelototan Nata.

"Sini." Nata menarik Rania merapat ke tubuhnya.

"Mau ngapain?" tanya Rania namun tak menolak rengkuhan Nata.

Balas Dendam Mantan PacarWhere stories live. Discover now