Kalau tak Suka, Silahkan Keluar!

2.5K 194 8
                                    

"Enggak bisalah Nat. Rania kan direkrut untuk mengisi kekurangan di devisi kreatif." Gwen bersikeras menolak permintaan Nata. "Kalau kamu memang mendesak, besok saya buat pengumuman penerimaan sekretaris baru."

Rini, sekretaris Nata yang lama memang mengundurkan diri seminggu yang lalu. Tetapi, menjadikan Rania sekretaris tentu saja bukan keputusan yang tepat. Jelas-jelas gadis itu sejak awal mengikuti tes dan interview untuk menempati posisinya sekarang. Si Nata ini memang kadang-kadang suka semaunya, deh! Gerutu Gwen.

"Kamu kenal Rania, ya?" Todong Gwen tiba-tiba membuat Nata blingsatan.

"Kok kamu tanya begitu?" Kening Nata berkerut mendengar pertanyaan tak terduga Gwen.

"Heran saja. Sepagian ini kamu kelihatan aneh banget. Tiba-tiba muncul dengan pakaian super waw, ngajak aku dan Monang ke ruangan anak-anak produksi dengan lagak kayak CEO-CEO yang ada dalam drama korea, menyapa anak baru dengan sikap sok galak terutama sama si Rania. Kayak mau nunjukin sesuatu gitu. Terus sekarang kamu maksa-maksa aku buat mindahin dia untuk jadi sekretaris kamu. Bagaimana aku enggak berpikir kalau kamu mengenalnya. Terus kenapa harus Rania? Kenapa tidak Ayu Nina?" Gwen mengungkapkan argumennya dalam sekali tarikan napas.

Nata tertegun. Gwen memang jagonya dalam urusan membuat lawan bicaranya tidak bisa berkutik. Nata menggeser duduknya. Bahunya tegak dengan kedua tangan terlipat di atas meja. Berdeham beberapa kali lalu menatap Gwen dengan sorot tenang. Yup, ia harus tenang. Jangan sampai sikapnya yang terburu-buru membuat gadis yang sekarang sedang menatapnya penuh selidik itu semakin curiga. Bisa kacau semua rencananya.

"Aku hanya butuh sekretaris baru, Gwen! Apa salahnya memanfaatkan pegawai yang ada. Kan lebih efektif. Kamu enggak mesti capai-capai membuat pengumuman. Terus seleksi berkas dan intervew lagi. Hanya tinggal panggil pegawai magang itu dan kasih tahu posisinya sekarang dibagian mana, selesai kan?"

"Selesai, selesai... jelas-jelas itu melanggar prosedur." Gwen cemberut mendengar kata-kata Nata yang tampak begitu menggampangkan masalah.

"Lagian kalau dilihat dari CV-nya, dia itu enggak cocok menempati posisinya sekarang. Alih-alih lulusan sastra, ini malah Sarjana Ekonomi."

Gwen mencebik mendengar ucapan Nata. Matanya menyipit geram. Jelas-jelas untuk merekrut pegawai baru kali ini mereka sepakat tidak mengharuskan pendidikan yang sesuai. Bahkan mereka juga memberi kesempatan untuk anak-anak dengan tamatan SMA. Syaratnya, calon pegawai harus memiliki kemampuan di bidang pembuatan iklan dan mampu menunjukkan ide dengan desain unik sesuai kriteria yang diminta penguji saat tes.

Dari hasil tes dan wawancara yang dilakukan, Rania dan Ayu Nina memenuhi kriteria yang Sintesa cari. Lantas kalau tiba-tiba Nata keberatan karena pendidikan Rania tidak sesuai, sepertinya laki-laki di depannya ini perlu dilemparkan ke kolam ikan di belakang rumahnya saat ini juga.

"Calm down. Jangan emosi dulu. Maksudku, Raniakan lulusan sarjana ekonomi, jadi, sepertinya dialah yang lebih tepat menggantikan posisi Rini. kamu tahu sendirilah, Gwen, aku paling susah kalau enggak ada sekretaris," ucap Nata sambil menatap sahabat semasa SMA-nya itu dengan wajah sedikit memelas. "Tapi, kalau kamu enggak setuju juga enggak apa-apa, deh. Kamu tinggal buat pengumuman penerimaan sekretaris baru, kok," ujar Nata mengalah.

Gwen mendesah. Paling sulit kalau sudah melihat Nata mengalah begini. Dijamin ia tidak akan pernah bisa menolak. Tidak pernah. Dulu, saat laki-laki yang kerap membuat jantungnya sukses berdebar lebih cepat, setiap kali mereka berdekatan butuh modal mendirikan Sintesa, dengan suka rela ia membujuk sang Papa untuk sudi menanamkan modal. Dan sepertinya sekarang Gwen-pun tetap kesulitan untuk bilang tidak.

Balas Dendam Mantan PacarWhere stories live. Discover now