Nothing's Gonna Change My Love for You

2.8K 190 21
                                    

Sudah menjadi kebiasaan di Sintesa setiap kali divisi marketing memenangkan tender dan tim kreatif mampu menciptakan konsep super keren dan membuat konsumen puas maka akan ada pesta untuk merayakannya. Setelah seminggu penuh menghadapi pekerjaan super sibuk untuk menyelesaikan iklan kampanye ASI Pemerintah Kota Medan, akhirnya tim Udin Tampubolon berhasil menyelesaikan proyek bernilai pantastis itu. Dan, Kafe Beken di daerah Medan Maimun menjadi tujuan pesta seluruh karyawan Sintesa Advertising kali ini.

"Semua wajib ikut termasuk kamu, Rania." Dengan penuh tekanan Sumi menyebut nama Rania. Dia sengaja melakukannya. Entah apa yang membuat sekretaris Pak Bos-nya ini seperti enggan untuk ikut.  "Ini kan pertama kali kamu ikut bareng kita-kita. Jadi, tidak ada kata penolakan."

"Sebenarnya aku pengen ikut. Tapi, kasihan Kalila. Dia sudah di jalan buat jemput aku."

"Kalila temen yang sering ngantar kamu itu?"

"Iya. Kami janji mau pergi sore ini, Mbak."

"Siniin telepon kamu."

"Buat apa?" tanya Rania mulai cemas. Karena apa yang diucapkannya sebagai alasan hanyalah omong kosong. Dia tidak ingin pergi. Setelah kejadian semalam suasana hatinya masih rusuh. Apalagi Nata pasti ikut, keinginan untuk menghindar dari acara yang paling dinanti-nanti sejagat Sintesa semakin kuat saja.

"Mau nelepon temenmu supaya dia enggak usah jadi jemput kamu dan langsung putar balik saja. Mumpung dia belum sampai sini."

"Tapi, Mbak..."

"Udah, siniin."

Tahu dia takkan pernah bisa membantah perempuan mungil namun keras kepala itu, Rania akhirnya memutuskan mengalah.

"Nah, gitukan beres. Kamu nanti ikut mobilku saja. Kita berangkat pukul enam sore dari sini. Sekitar setengah jam lagi, ya. Aku mau ganti baju dulu. Enggak keren banget nongkrong di Beken pakai baju begini." Sumi berjalan menuju toilet sambil menjinjing tote bag berisi baju ganti yang selalu tersedia di laci mejanya. "Buat jaga-jaga. Kali aja tiba-tiba aku mau pergi ke kafe atau nonton sehabis lembur dan enggak sempat pulang," ujarnya menjelaskan saat Ayu Nina bertanya waktu enggak sengaja melihat.

Dan benar saja saat pukul enam sore mereka meninggalkan Sintesa hanya pakaian Sumi saja yang terlihat rapi dan wangi. Kecuali Ayu Nina yang mau meluangkan waktu melakukan touchup, yang lain sama seperti Rania, tampil kusut dan make up yang sudah luntur.

Sambil menunggu di depan lift, Rania menghubungi Kalila. Dia tidak mau sahabatnya itu cemas karena malam ini bakalan terlambat pulang. Saat pintu lift terbuka Rania terkejut melihat keberadaan Nata di sana. "Mbak Sumi dan Nina duluan ya. Aku balik dulu ke rauanganku. Ada sesuatu yang tertinggal." Belum sempat Rania berbalik, sebuah tangan besar dan hangat menyambar lengannya dan menariknya masuk.

"Beneran ada yang tertinggal?" tanya Sumi berbisik.

"Setelah kuingat-ingat kayaknya enggak ada deh, Mbak. Akunya aja yang lupa." Rania menoleh ke ara Nata. Setelah menunduk singkat dia mundur ke belakang dan menyandar di dinding lift.

"Sudah mau berangkat ke Beken?" Tanya Nata memecah keheningan yang tercipta.

"Iya, Pak," jawab Nina sambil memamerkan senyumnya yang paling manis ke arah Nata. Sementara yang disenyumin memilih mundur dan berdiri tepat di sebelah Rania. Membuat Rania menjadi serba salah. "Apaan sih, ngapain coba mundur-mundur?" gerutu Rania sambil menggeser sedikit tubuhnya ke samping.

"Pak Nata mau langsung ke Beken juga?" tanya Sumi.

"Enggak. Nanti saya, Gwen, dan Monang menyusul." Nata melirik Rania yang memilih menunduk sambil menatap ponselnya.

Balas Dendam Mantan PacarΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα