Gwen dengan Semua Rencananya

1.9K 156 14
                                    

"Ini...?" Papa menatap Gwen dan catatan di depannya bergantian. Setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Tiga brand besar andalan kita memutuskan kontrak dengan Sintesa. Kalau begini terus bisa-bisa Sintesa kolap."

"Kenapa bisa begini?"

"Tim marketing anggap remeh. Merasa sudah tahu kemauan klien, mereka merancang strategi pemasaran berdasarkan asumsi saja. Sah-sah saja sih, Pa. Tapi, ya, begini nih jadinya, Analisa mereka salah. Bukan hanya itu, tim marketing juga tidak konsisten dalam melakukan kampanye pemasaran digital, padahal produknya masih beredar di pasaran."

"Kamu sudah membicarakan hal ini kepada Nata?"

"Sudah dan ia lebih percaya penjelasan staf-stafnya." Gwen menarik napas. "Kita harus cepat mengatasi permasalahan ini atau kita kehilangan brand-brand lainnya, Pa."

"Nata mengabaikan permasalahan sebesar ini?" tanya Papa tidak percaya. Ia mengenal laki-laki itu. Nata jenis pemimpin bertanggung jawab. Selama ini tidak ada permasalahan yang tidak selesai. Tapi, catatan dan penjelasan Gwen juga tidak bisa ia abaikan. Enggak mungkin putrinyamengada-ada.  Sekarang tiga brand penting lepas dari Sintesa. Besok entah yang mana lagi. Dan sejauh ini sama sekali belum ada tindakan untuk menyelesaikannya. Kalau dibiarkan berlarut-larut, klien bisa kabur semua. Apa jadinya perusahaan iklan tanpa ada brand yang mau memakai jasa mereka. Belum lagi review negatif tentang Sintesa Advertising dari masing-masing brand yang telah memutuskan kerjasama. Bisa-bisa brand lain meragukan kemampuan mereka.

"Ya," jawab Gwen. Tatapannya tepat di manik mata papanya. " Itulah sebabnya Papa harus bantu Gwen menyelamatkan perusahaan ini," ucapnya dengan nada tegas dan meyakinkan. Kalau mau rencananya berhasil, ia harus berhasil meyakinkan papanya.

"Apa rencanamu selanjutnya?" Laki-laki paruh baya parlente itu menatap putrinya. Menunggu gagasan seperti apa yang akan dikemukankannya untuk mengatasi permasalahan yang saat ini terjadi di Sintesa.

"Gwen akan menemui para investor. Secepatnya, kita harus meminta pertanggung jawaban Nata atau ia mundur dari posisinya."

Gwen menunggu harap-harap cemas. Kalau papanya sampai tidak setuju bisa kacau rencananya. Isu Sintesa dalam masalah harus menyebar di kalangan pegawai, termasuk Rania. Gadis itu harus tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang.

"Kamu atur saja. Papa gelontorkan uang di perusahaan ini  juga karena mengikuti kemauanmu." Laki-laki gagah itu menatap Gwen dengan sayang. Bisa apa ia di hadapan putri semata wayangnya ini? Selain menuruti kemauannya. Yah, meskipun sifat semaunya kadang membuat ia harus mengelus dada.

"Ok, Papa. Percayakan saja semuanya sama Gwen."

"Papa pergi dulu. Ada janji makan siang dengan Om Sam." Gwen melepas kepergian papanya dengan senyum puas dan penuh kemenangan.

*

Di meja sudut kantin kantor, Eliana, Udin Tampubolon, Sumi, Ayu Nina, dan Rania. Mereka berlima sedang menikmati pesanan masing-masing. Jarum jam menunjukkan pada angka satu leat sepuluh menit. Dua puluh menit jam makan siang berakhir.

"Mengada-ada. Tidak konsisten melakukan kampanye pemasaran digital. Alasan apa itu?" Udin Tampubolon mengempaskan ponselnya ke meja. Wajahnya memerah menahan kesal membaca berita yang dibacanya.

"Kamu sudah baca cuitannya?" tanya Eliana menyorongkan layar ponselnya ke depan Udin.

"Sudah. Brengsek banget memang bapak-bapak satu ini. Kemarin-kemarin saja mujinya selangit. Sintesa memang TOP. Sintesa memang BRILIANT. Tim marketingnya memang keren. Sekarang, apa?" Eliana mencebik. Kelihatan kalau sedang kesal sekali. Ditutupnya laman twitter dan pindah ke WAG kantor minus petinggi Sintesa. Grup yang sedari kemarin heboh membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang telah dan akan terjadi. Tiba-tiba semua berubah menjadi ahli bisnis lengkap dengan segala ide-ide jitunya.

Balas Dendam Mantan PacarOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz