47 - Izinkan Harapan Berbicara

69 26 27
                                    

Ost. for this chapter:
Tei - From When Until When

🔸🔸

Tidak lagi menghabiskan waktu di luar, Hyora sudah kembali ke rumah. Bangunan tersebut terlihat gelap karena ia hanya memusatkan cahaya pada ruang tidur. Tubuhnya terduduk lemas di tepi ranjang. Pikirannya kelam kabut, bahkan gadis itu tidak habis pikir bagaimana ia bisa sampai ke tempat tinggalnya dengan selamat.

Jajaran potret yang tertempel pada sudut dinding kamar Hyora berhasil mencuri perhatian. Foto dua manusia yang saling tersenyum dari masa ke masa, tidak banyak perubahan. Rentang waktu antara pengambilan satu gambar dengan yang lainnya itu terhitung lama. Namun, hubungan keduanya tidak pernah hilang bersama waktu.

Teringat tentang Jihyuk, Hyora meraih tas miliknya. Mengeluarkan sebuah kotak berwarna cokelat. Ketika masih berada di kafe, sebelum Wonseok akhirnya memutuskan untuk pergi, lelaki itu menyerahkan sebuah benda yang diakuinya adalah titipan Jihyuk.

Lee Jihyuk dan segala rencana yang tidak pernah dimengerti Hyora. Bahkan saat tahu bahwa mereka akan berpisah, lelaki bersurai hitamㅡyang belakangan ini mewarnai harinya dengan cara berbedaㅡtidak menampakkan diri lagi. Jika benda yang ada di tangannya sekarang adalah hadiah perpisahan, mengapa sulit memberikannya sendiri? Jika Jihyuk melakukan hal itu hanya untuk meredam duka, bukankah yang sekarang dirasakan Hyora justru lebih menyakitkan? Menerima tanpa bisa mengucapkan terima kasih, menyapanya saja tidak mampu.

Sebuah wadah silinder bening dikeluarkan Hyora dari kotak yang telah terbuka. Ada sebuah kertas kecil yang terikat bersama tali melingkar di bawah tutup stoples. Ia mengenali goresan tersebut, benar bahwa Jihyuk yang menulisnya.

Untuk Hyora supaya tidak berteman dengan sepi.

Salah satu ujung bibir gadis itu refleks tertarik ke atas, berbanding terbalik dengan hatinya yang terasa pedih. Pada ujung kertas, ada waktu yang tercatat. Tanggal ketika Jihyuk mengumpulkan beberapa gulungan kertas yang tersusun di dalam tabung. Angka delapan. Begitu mata Hyora menyadari, pikirannya dibawa menuju kenyataan yang sebelumnya tidak pernah ia ketahui. Bulan delapan adalah waktu keberangkatan Hyora ke Jeju.

Tanda tanya yang muncul semakin besar ketika mendapati buku kecil dengan gambar beruang berpayung juga tersimpan dalam kotak pemberian Jihyuk. Gadis itu yakin bahwa terakhir kali benda itu sudah ditinggalkan di bandara. Jika seseorang menemukannya, tidak mungkin bisa sampai ke tangan Jihyuk karena tidak tertulis identitas sama sekali.

Isi buku tersebut juga masih sama. Sepenglihatan Hyora, lembaran kertasnya masih rapi. Itu artinya Jihyuk tidak sering membuka halaman buku tersebut. Semua akan terasa masuk akal apabila lelaki bermarga Lee itu ada di sana, Bandar Udara Internasional Gimpo. Menjawab segala rasa penasaran, rupanya Jihyuk meninggalkan jejak berupa goresan pensil di halaman terakhir.

Aku terlambat. Tidak ada yang bisa kutemukan selain ini. Biar aku menyimpannya, ya?

Manik cokelat tua Hyora membulat. Jadi, hari itu bukan perpisahan mereka yang sebenarnya. Tidak seperti yang ia pikirkan, Jihyuk tetap datang meski sempat berucap bahwa dirinya tidak bisa ikut mengantar kepergian Hyora. Hanya perkara waktu yang berjalan terlalu cepat sehingga dengan selisih sedikit saja keduanya tidak dipertemukan.

Netranya teralih pada kumpulan kertas yang masih tergulung rapi. Ada banyak lembaran dengan warna berbeda, Hyora tidak dapat memastikan jumlah pastinya. Gadis itu mulai membuka dan membaca isinya satu per satu. Bukan Lee Jihyuk bila tidak datang dengan segala untaian kata menenangkan. Satu wadah berisi banyak kalimat yang mampu membuat Hyora bertahan.

"Seharusnya kau saja yang mengatakan semua ini padaku secara langsung, bukan melalui tulisan ini," keluh gadis yang segera meletakkan stoples beningnya kembali ke dalam kotak.

FORELSKET - New Version ✔Where stories live. Discover now