37 - Sesederhana Bersamamu

71 32 14
                                    

Ost. for this chapter:
Bae Suzy - Ring My Bell

🔸🔸

Matahari sudah kembali menampakkan wujudnya. Keadaan rumah terlihat sedikit berantakan, maklum karena hanya laki-laki yang tinggal di sana. Myunghee memutuskan untuk menetap di Tokyo sampai keadaan Jaesung membaik. Merasa kedua anaknya sudah cukup dewasa untuk mengurus diri, wanita itu tidak mengambil pusing dengan pertimbangannya.

Eunso yang baru saja keluar dari kamar segera meletakkan tas sekolahnya di atas meja makan. Sembari masih membenahi posisi dasi, lelaki itu menoleh ke arah Jihyuk sebelum bertanya, "Jadi, Ibu akan tinggal di Tokyo lebih lama?"

Sepulang Jihyuk kemarin, ia sudah menceritakan semua yang dialami Jaesung pada Eunso. Awalnya putra kedua keluarga tersebut tidak percaya, tapi Jihyuk meyakinkannya dan meminta Eunso supaya tidak terlalu khawatirㅡmeski lelaki itu sebenarnya juga merasa cemas. Jaesung adalah seseorang yang kuat dan lagi pula tim medis akan merawat dengan baik.

Jihyuk mengangguk. "Tidak usah menambah pikiran Ibu lagi, kau bersikap baiklah denganku selama kita hanya tinggal berdua."

Yang diajaknya bicara itu memajukan bibir bawah. Usai selesai merapikan pakaiannya, Eunso beralih ke lemari pendingin. Mengambil sekotak susu beserta dua gelas yang masih kosong.

"Apa menu sarapan kita hari ini, Kak?" tanya Eunso seraya mengisi penuh gelas yang ada di atas meja dengan susu vanilla.

"Bukankah sudah jelas? Kau sudah menyiapkan pelengkap sarapan pagi ini," jawab Jihyuk, sedikit menggeser tubuh supaya Eunso bisa melihat apa yang sedang ia buat. Sebuah pemanggang roti yang masih menyala, lengkap dengan botol selai strawberry di sampingnya.

"Benar, aku sudah menduga." Lelaki yang berumur enam tahun lebih muda itu lantas menarik kursi dan meneguk sedikit minumannya.

Dua lembar roti sudah diolesi selai strawberry oleh Jihyuk, sedang dua lainnya masih berada di dalam mesin pemanggang. Lelaki itu sedikit terusik ketika ponselㅡyang juga diletakkan di atas meja dapurㅡmenyala, menampilkan pop-up notifikasi dari seseorang. Dengan segera, jemarinya meraih benda berwarna hitam tersebut. Senyumnya refleks mengembang begitu melihat sebuah potret yang ditunjukkan. Melupakan kegiatan yang belum selesai, laki-laki berwajah oval itu justru memfokuskan netra pada benda yang ada di tangan. Tidak mengalihkan perhatian sedikit pun meski pemanggang roti sudah berdenting nyaring.

Eunso yang juga mendengar bunyi tersebut mendecak, memperhatikan sang kakak yang sejak tadi hanya menunduk. "Kak Jihyuk! Butuh waktu berapa lama untukmu menyiapkan roti saja? Aku bisa terlambat. Apa yang sedang kau lihat?"

Beruntung karena teriakan Eunso berhasil mengembalikan Jihyuk yang tengah asyik sendiri. Lelaki itu pun menoleh dan melangkahkan kaki sedikit. Bukannya membawa sarapan, ia justru menunjukkan ponsel miliknya untuk menanggapi pertanyaan Eunso.

"Astaga! Bagaimana mungkin?" Eunso ingin merebut ponsel tersebut dari tangan Jihyuk, tapi lelaki itu tidak mengizinkannya.

Meski sempat berekspresi kesal lantaran lelaki yang lebih tua itu menarik ponsel secara tiba-tiba, Eunso tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Pertanyaan-pertanyaan lain muncul. Sementara itu, Jihyuk menyeringaiㅡsangat menyebalkanㅡsetelah berhasil menjahili Eunso. Namun, yang sebenarnya lelaki itu pikirkan adalah peristiwa yang terjadi di hari kemarin.

"Benar-benar menyukai Kak Jihyuk ... sejak lama."

Pengakuan yang disampaikan oleh gadis di hadapannya terasa terlalu tiba-tiba. Jihyuk melepaskan genggaman tangan dari kedua lengan Hyora. Dari raut wajah, laki-laki berambut hitam itu jelas kebingungan.

FORELSKET - New Version ✔Where stories live. Discover now