02. Kau Adalah Alasan

692 253 343
                                    

Laju mobil berwarna hitam sudah sedikit lebih pelan. Dengan sedikit arahan dari seseorang yang berada di kursi penumpang, kendaraan itu berhenti di depan bangunan berwarna abu-abu. Ia melangkahkan kaki ke luar sembari memegang tali tasnya erat. Kepalanya sedikit menengadah untuk membaca papan nama yang tergantung di atas. Gadis itu masih mempertahankan posisinya meski mobil yang membawanya telah pergi dari sana. Merapikan helaian rambut yang sempat tertiup angin, ia pun mengulas senyum sebelum akhirnya membuka pintu kaca.

Sesungguhnya, Hyora bertanya kepada hatinya mengapa ia sampai mempunyai pikiran untuk menginjakkan kaki di tempat itu. Merasa tidak tahu malu dengan apa yang gadis itu lakukan selama beberapa bulan terakhir dan dengan beraninya malah datang ke tempat yang seharusnya tidak lagi ia kunjungi. Namun, pada akhirnya Hyora berhasil menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Tidak lain adalah sosok di ujung sana yang mampu menyita seluruh pandangannya.

Meski dengan langkah ragu, ia terus berjalan masuk. Tidak ingin hanya pergi dari sana dengan tangan hampa. Bagaimana pun juga, Hyora tidak bisa membiarkan suasana menjadi semakin canggung. Gadis itu rasa sudah saatnya memperbaiki keadaan.

Salah seorang yang berdiri di sana tampak menyadari kehadiran Hyora. Ia pun beranjak kemudian menorehkan senyum, pun dengan Hyora. Tidak bersuaraㅡhanya dengan gerakan bibirㅡtapi gadis bermarga Shin itu mengerti jika orang tersebut sedang bertanya tentang kedatangannya. Hyora hanya menanggapi dengan anggukan.

"Seseorang pernah bilang kepadaku kalau menghargai waktu itu sangat penting, tapi lihat apa yang kau lakukan sekarang?"

Hyora melipat kedua tangan di depan dada, sedang laki-laki yang tadi menenggelamkan kepala di antara lengannya itu mendongak. Mengerjapkan mata berulang kali hanya untuk memastikan seseorang yang berdiri di hadapannya bukan buah dari halusinasi.

"Sudah lama, ya ...," lanjut Hyora sembari masih mempertahankan posisinya, "Kak Jihyuk."

Lelaki berapron cokelat tua itu berdiri dari duduknya, beralih keluar dari meja panjang berbahan granit.

"Hyora? K-kau sedang apa di sini? Bagaimana kau bisa ada di sini?" Laki-laki itu tampak terkejut dengan kedatangan Hyora.

"Mengapa aku tidak boleh ada di sini? Bahkan ini adalah tempat pertama yang kudatangi setelah tiba di Seoul."

Jihyuk menggeleng dengan cepat. "Bukan begitu. Maksudku kenapa kau bisa ada di Seoul? Ini juga belum memasuki masa liburan."

Hyora menghela napas kemudian menurunkan kedua lengannya. "Apa kita akan berbicara sambil berdiri terus seperti ini?"

"Ah, benar!" Jihyuk menepukkan tangannya kemudian mendarat pada kedua bahu Hyora. Menuntun tubuh gadis itu supaya mengikuti ke mana kakinya akan melangkah. "Kita duduk di sana saja."

"Yeonmi, tolong buatkan minuman dan ikutlah bergabung dengan kami di sana," pinta Jihyuk dengan sebuah telunjuk yang mengarah ke salah satu meja kosong.

Kedua sudut bibir Hyora sedikit terangkat. Manik cokelat tuanya berpusat pada wajah laki-laki yang sudah menjadi sahabatnya selama 15 tahun. Tidak ada yang berubah darinya. Ia masih menjadi Lee Jihyuk seperti yang terakhir kali Hyora kenal.

"Jadi, apa yang bisa kau jelaskan padaku?" tanya Jihyuk usai dirinya dan Hyora terduduk di kursi masing-masing.

Gadis yang diajaknya bicara itu sengaja mengeluarkan ponselnya kemudian menunjukkan layar berisikan pesan pada Jihyuk. Dengan memajukan sedikit tubuhnya, lelaki yang kini melipat tangannya di atas meja itu membaca satu per satu kata yang tertulis. Namun, belum mencapai pada kalimat akhir, Hyora sudah lebih dulu menurunkan telepon genggamnya.

"Aku akan tinggal di Seoul dan bekerja di kantor cabang selama beberapa bulan untuk proyek kerja selanjutnya. Klienku sangat sibuk dan sulit jika tim kami hanya berkomunikasi jarak jauh, makanya aku ditugaskan ke sini. Begitu yang dikatakan oleh Manajer Yoon."

FORELSKET - New Version ✔Where stories live. Discover now