18 - Tertutup Rapat

179 72 79
                                    

Jihyuk menggeleng seraya terus mendesis sepanjang kakinya melangkah, sedangkan Seunghan masih mengekor di belakang. Pikirannya berasumsi tentang sikap yang ditunjukkan oleh Hyora. Gadis itu kelihatan seperti sengaja menghindar. Sesungguhnya yang membuat Jihyuk khawatir adalah laki-laki yang pergi bersama Hyora.

"Yeonmi, apa sebelum pergi Hyora mengatakan sesuatu padamu?" tanya Jihyuk begitu mereka sampai di depan meja kasir.

Seseorang yang sedang memainkan jemari di mesin tersebut tidak menoleh dan hanya menjawab, "Tidak."

Gumaman Jihyuk terdengar. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya dan meletakkan siku di atas meja sebagai tumpuan. "Lalu kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu padaku?"

"Aku juga tidak mengerti, tidak seperti biasanya." Yeonmi sesekali menoleh ke arah Jihyuk sebelum kembali memfokuskan pandangan pada layar.

"Kau juga merasa seperti itu, 'kan?" tebak Jihyuk sambil menjentikkan jari.

Usai menyelesaikan pesanan terakhir milik pelanggan, Yeonmi meletakkan apron miliknya. Gadis itu keluar dari kafe sesaat setelah mendapat persetujuan dari Jihyuk. Apa yang ia lakukan semata-mata hanya untuk menghindari pertanyaan lelaki itu. Terkesan kekanakan, tapi Yeonmi juga ingin sekali saja perbincangannya dengan Jihyuk tidak menyangkut Hyora.

Seunghan masih berdiri di sebelah Jihyuk, tidak berbicara satu kata pun sampai lelaki bermarga Lee itu mengajaknya bicara.

"Kak Seunghan, sebenarnya kau merasa ada hal aneh dari sahabatmu itu tidak? Rasanya dia sering sengaja bertemu dengan Hyora," tutur Jihyuk.

Ikut memandang jauh ke luar, Seunghan membalas, "Tidak juga. Wooyeon memang tipe orang yang senang berbaur."

"Tapi aku sampai memergoki Wooyeon mengamati Hyora diam-diam," lanjut Jihyuk, masih tidak terima dengan respon Seunghan.

"Kau bilang apa?" Tiba-tiba Seunghan merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Jihyuk selanjutnya. Ia memutar sedikit tubuhnya, menopang dengan salah satu lengan yang ia letakkan di atas meja.

"Mengambil gambar Hyora tanpa izin, mengamatinya secara diam-diam, dan sekarang mengikuti Hyora. Kalau kau menjadi aku, apa kau tidak merasa curiga?"

Laki-laki yang diajaknya bicara itu mengangguk samar. Seunghan memang mengetahui jika Wooyeon menemui Hyora karena satu dan dua hal, tapi sama sekali tidak menyangka dengan perbuatan yang dilakukannya. Alih-alih bertemu dengan cara yang baik dan menyelesaikan apa yang memang dimulai sejak awal, Wooyeon justru bertingkah sebaliknya. Namun, karena janji Seunghan yang sudah sahabatnya pegang itu, ia tidak mungkin menjelaskan keadaan yang sedang terjadi pada Jihyuk—sekali pun laki-laki itu meminta. Biarkan menjadi urusan antara Seunghan dan Wooyeon kelak ketika keduanya bertemu.

"Kalau sampai aku menemukan sesuatu yang tidak baik dari niat Wooyeon, aku tidak akan tinggal diam saja," ujar Jihyuk mantap, sedang Seunghan hanya melirik sekilas kemudian menepuk bahunya.

***

Keduanya tengah berada di dalam mobil, melaju menuju alamat yang tertulis di bagian depan surat. Sepanjang perjalanan, Hyora tidak membuka mulutnya. Gadis itu masih tidak mengerti mengapa ia akhirnya harus terjebak bersama Wooyeon, hanya berdua saja. Demi menghindari perhatian para pejalan kaki yang terus mengamati Hyora akibat tingkah Wooyeonㅡmengikuti gadis itu terus-menerusㅡHyora pun mengalah. Lagi pula ia hanya perlu duduk manis hingga sampai ke tempat yang dituju, bukan?

Kedua netranya mengamati satu per satu bangunan yang dilewati. Sesekali mencocokkan dengan angka yang tertulis, begitu pula Wooyeon. Mobil merah tersebut berhenti ketika tiba di depan rumah bergaya minimalis. Bangunan tingkat dua dengan taman yang cukup luas. Wooyeon sudah lebih dulu berjalan menuju gerbang kayu berwarna hitam. Namun, ia berhenti saat menyadari gadis yang pergi bersamanya tidak mengikuti. Wooyeon berbalik dan menemukan Hyora malah masih berdiri di samping pintu mobil sambil memandangi bangunan di depannya.

FORELSKET - New Version ✔Where stories live. Discover now