10. Trio September

Start from the beginning
                                    

Haris : ngikut aja lo

Prima : sensi aja lo kayak cewek pms

Calvin : berantem aja lo, gue kawinin juga lama2

Bayu : anak ekonomi tuh gini ya, serba hemat

Aryan : duh mbak nin, gausah hemat hemat, buat apa ada bang calvin coba di rumah ini

Mika : fungsi kehadiran Calvin ; penyumbang dana ketika dibutuhkan

Calvin : gue terus? pak boss dong @Bayu

Bayu : maap tapi usaha gue masih baru dirintis belom keliatan hasilnya

Prima : mas rino ajadeh, dapet job 6 skripsi, belom kerjaannya jadi joki tugas beuuh mantap duitnya

Mika : anjrit kaya mendadak lo

Mika : per skripsi biasanya 3,5jt kalo dapet 6 berarti....

Mika : damn lo kaya mas! @Rino

Shasha : sumbangan dong nooooo

Rino : seandainya ga semua masuk dompet gue :(

Haris : ya makanya jangan dipake nafkahin kucing semua, miris amat

Nina : patungan aja seikhlasnya nanti kita pikirin enaknya gimana

Prima : pokoknya mas bayu, mas rino, sama bang calvin kudu nyumbang banyak!

Nina : habis kelas ketemu di gazebo FE ya gue tunggu


**


Aji menyandarkan punggung ke tembok ruang sekretariat BEM universitas. "Gila ya, ulang tahun gue udah lewat lama tapi nggak ada tuh anak kosan yang ngucapin," omelnya merasa terhianati.

Prima melirik. "Oh iya lo ulang tahun ya," katanya pura-pura baru ingat. "Lagian lo belakangan pulangnya malem banget sih, jadi nggak ketemu terus lupa."

"Cih alasan." Aji memutar bola matanya jengah.

"Felix sama Esa aja nggak ngomel, mereka fine fine aja tuh nggak ada yang inget."

Aji memandang sinis pada gadis itu.

"Dah nggak usah ngambek," kata Prima memukul cowok itu pakai gulungan buku.

"Gue mau disurprise-in ya?" tanya Aji memandang ponselnya. "Kok gue dikeluarin dari grup kosan."

Prima langsung memandang geli ke cowok itu. "Narsis amat lo jadi orang. Ketularan Haris?" ekspresi Aji berubah mendengar jawaban tersebut. "Lo pengin disurprise-in?"

"Enggak. Ulang tahun doang, gue udah sering disuprise-in," kata Aji santai. "Tapi gue kesel kenapa nggak ada yang inget!"

Prima mengulum bibir. Ia kemudian memandang arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang.

"Gue ada kelas," kata Prima bangkit menggendong tasnya di pundak kanan. "Ntar pulang kuliah main yuk. Nonton gitu, gue yang traktir hitung-hitung permintaan maaf gue."

"Hm," jawab Aji mengangguk.

"Ajak Felix sama Esa sekalian."

"Oke."

Perfect HousematesWhere stories live. Discover now