10~Masih Tertidur

25.6K 1.6K 5
                                    

°°°°°°°°°°°°°°

Setelah mereka berbincang, mereka pun langsung menuju ke tempat dimana Ara berada.

Disana sudah ada Fira, Rey dan Davin. Tentunya Papah dan Mamah Kevin masih setia menemani Ara.

''Mah. Mamah pulang aja ya istirahat biar Kevin disini yang jaga.'' Ucap Kevin lembut.

''Nggak Vin. Mamah mau tunggu Ara disini sampai dia bangun.'' Ucap Mamah dengan menatap kosong kedepan.

''Nanti kalau Mamah sakit Ara bisa-bisa marah loh sama Mamah. Mamah pulang ya sama Papah. Istirahat biar besok Mamah sama Papah kesini lagi ya.'' Kevin pun memberi pengertian kepada Mamahnya.

Karena bagaimanapun, Kevin tidak mau melihat kedua orang tuanya terutama Mamahnya sakit. Jika Ara taupun pasti dia tidak suka jika Mamah Dira dan Papah Dirga sakit karena dirinya.

''Ya udah. Mamah sama Papah pulang dulu ya. Vin Papah titip Ara.'' Dirga pun beranjak dan memapah sang istri untuk berjalan pulang ke rumah setelah melihat anggukan di kepala sang istri.

Kini, keluarga Pratama berjalan menghampiri ranjang Ara. Perlahan tapi pasti Dini memegang tangan anaknya, Ara. Dengan gemetar antara terharu bisa memegang tangan anak gadisnya lagi, dan sedih karena pertemuan mereka sangat jauh dari bayangan mereka semua.

''Sayang ini Mommy nak. Ibu kandungmu hiks...'' Lirih Dini.

''Ini Daddy mu nak. Bangun sayang.'' Ucap Dirgantara dengan mengelus rambut Ara.

Keempat kakaknya terdiam, tidak mampu mengeluarkan sepatah kata. Mereka hanya bisa memandang Ara dengan tatapan kerinduan dan penuh penyesalan.

Seandainya mereka lebih dulu menjemputnya, seandainya kemarin mereka langsung menjemput. Dan masih banyak kata berandai didalam pikiran mereka.

Perlahan tapi pasti mereka pun berjalan menjauh memberikan ruang lebih untuk kedua orang tuanya.

Biarkan mereka berbicara dengan Ara setelah kedua orang tua mereka.

''Kalian pulang saja. Biar kami yang menjaga Princess.'' Ucap Bara kepada Fira, Davin, Ano, Rey, dan Kevin

''Princess?'' Bingung mereka semua kecuali Kevin.

''Ya. Ara adalah adik kecilku yang hilang. Yang selama ini selalu kami cari-cari.'' Jelas Alde yang membuat mereka semua terkejut.

''Lalu, kenapa kalian membiarkan Ara tersakiti selama ini?'' Lirih Fira kepada anak-anak Pratama.

''Kami tidak tahu dimana Ara. Kami baru menemukan Ara kemarin. Awalnya kami ingin langsung menjemputnya, namun mengingat waktu sudah malam. Kami pun mengurungkan niat.

Dan ya, seharusnya hari ini sepulang sekolahnya kami menjemputnya.'' Jelas Rion dengan tatapan sendu mengarah dimana Ara berada.

''Aku harap kalian akan menjaganya.'' Ujar Ano.

''Tanpa kalian suruh pun kami akan menjaganya meski nyawa kami taruhannya.'' Tegas Rian.

''Lebih baik kalian semua pulang. Istirahat. Besok kalian boleh kemari lagi.'' Ucap Rian.

''Dan kau.'' Lanjut Rian dengan melihat Kevin tajam ''lebih baik kau pulang. Malam ini bagian kami menjaganya. Besok kau boleh kemari.''

''Ti-'' ucap Kevin terpotong karena ancaman dari Rian yang mau tak mau ia pulang.

''Kau pulang atau kau tidak boleh bertemu Ara satu minggu''

''Baiklah''

Setelah mereka semua pulang tersisalah ke 4 putra Pratama dan tentunya kedua orang tuanya.

Semua keluarga besar seperti, Kakek dan Nenek, Bibi dan Paman serta sepupu mereka akan datang besok.

Mereka semua pun khawatir mendengar ini. Karena, bagaimana pun juga mereka selama ini menunggu dan menyayangi satu-satunya keturunan perempuan di keluarga Pratama.

''Mommy dan Daddy lebih baik kalian istirahat saja diruangan khusus. Biar Ara kami yang jaga.'' Ucap Bara ke kedua orang tuanya yang sedari tadi tidak pernah jauh dari ranjang Ara.

''Tidak. Mommy mau disini sama Ara.'' Ucap Mommy Dini.

''Mom nanti Mom sakit, kalau Mom sakit bagaimana Mom mau menjaga Princess?'' Tanya Rian yang membuat Mommy Dini berpikir.

''Baiklah. Kalau ada apa-apa cepat hubungi Mommy dan Daddy.'' Ucap Mommy sebelum pergi ke ruangan khusus mereka dengan Daddy.

Setelah Dini dan Dirga keluar dari ruangan Ara. Keempat lelaki dewasa itu pun perlahan mendekati brankar Ara.

''Sayang. Ini Kakak. Bangun ya, kami selama ini merindukanmu. Jangan buat kami terus khawatir seperti ini. Kakak tau kamu adalah adik kakak yang kuat, bertahanlah dan bangunlah.'' Lirih Bara disamping Ara.

Sedangkan yang lain mencoba untuk diam saja mempersilahkan Bara berbicara terlebih dahulu.

''Hey. Ini Bang Al. Abang merindukanmu sangat. Meski kau tetap cantik sedang tertidur seperti ini namun kau lebih cantik saat terbangun dan terlebih ketika kau tersenyum. Bangunlah sweetie dan tunjukkan kepada yang lain bahwa senyummu yang paling cantik.'' Kali ini Alde lah yang berbicara kepada Ara menahan rasa sesak di dadanya.

Setelah twins berbicara mereka pun menyingkir memberi ruang untuk kedua kakaknya berbicara.

''Hai sayang. Kenalin aku Rion kau boleh memanggilku Kak Rion atau Bang Rion terserah. Asal kau suka dan nyaman aku ikut nyaman.

Seharusnya hari ini kita bertemu, dan kau ikut denganku ke mansion. Ups, maksudku ikut dengan kami.

Bangun ya. Kakak dan semuanya menyayangimu.'' Lirih Rion dan diakhiri kecupan pada kening Ara.

Dan yang terakhir waktunya Rian yang berbicara kepada Ara. Rian pun duduk dikursi samping ranjang Ara dan memegang tangan Ara lembut.

''Hai baby. Aku kakakmu yang pertama. Panggil aku Kak Rian. Tanganmu kecil sekali by. Huh berani sekali mereka melukaimu adik kecilku.

Bangunlah. Apa kau tak ingin melihatku, kakak-kakakmu dan keluargamu yang lain? Kamu boleh tidur untuk istirahat tapi tidak boleh lama-lama ya. Karena bagaimanapun, Kakak tidak akan sanggup ditinggalkan olehmu lagi.'' Ucap Rian dengan panjang lebar.

Hal itu pun tak luput dari pandangan ketiga lelaki yang ada diruangan itu. Mereka terkejut. Sangat terkejut. Melihat Kakak pertamanya yang sangat irit bicara ah lebih tepatnya pelit berbicara dan berekspresi, sekarang berbicara panjang dengan menampilkan raut ekspresi selain datar.

Sungguh, jika mereka tidak tau kondisi dan tempat, mereka ingin sujud syukur dan melakukan syukuran karena akhirnya Kakak pertamanya ini mencair.

Lebay memang tapi ya pada dasarnya mereka lebay. Hanya ditutupi dengan tingkah so cool dan dingin mereka untuk meningkatkan citra mereka didepan publik.

Tidak seperti Aldrian, tingkah so cool itu bukan sebagai manipulatif tetapi sifat yang sudah mendarah daging. Rian akan tetap datar didepan keluarganya namun tidak akan sedingin dan sedatar saat bertemu orang lain selain keluarganya.

Seharusnya tadi aku rekam saja ketika Bang Rian mengeluarkan ekspresi dan kata yang panjang itu. Batin mereka semua.

Akhirnya setelah mereka puas berbincang dan memperhatikan Ara. Mereka pun tertidur di ruangan itu dengan posisi Rian tidur dikursi samping ranjang Ara.

Rion tidur dengan posisi duduk di sofa single. Sedangkan twins tidur disofa panjang. Ah mungkin hanya Bara yang tidur dengan posisi enak dan tenang. Karena Alde tertidur dengan posisi yang dimana Kepala di paha Bara sedangkan kaki sebelah kiri diatas sofa dan sebelah kanan menjuntai ke lantai. Tidak lupa dengan tangan yang tak bisa diam.






°°°°°°°°°°°°°°
Ingat! Jangan lupa untuk vote dan comment! ❤

See you next chapter! 😉

Very Possesive BrotherDär berättelser lever. Upptäck nu