27. Pangeran Darussalam

11.9K 1K 38
                                    

'kenapa Allah membuat keadaan menjadi seperti ini? Apakah kesalahannya, hingga harus berada di titik saat ini?'
~Aisyah~

Sudah 2 hari ini, Kiai Asad dan Umi Aslam di rumah sakit. Mereka masih belum tega meninggalkan putrinya.
Melihat ibra dan Aisyah datang, umi Aslam tiba-tiba berdiri.
"Asalamualaikum," ujar Ibra dan Aisyah bersamaan.

"Waalaikum salam," jawab umi Aslam yang saat itu memang duduk di luar sendiri, karena Idris sedang di dalam ruangan menjaga Rahma, sedangkan Kiai Asad sedang ke masjid menunaikan shalat Dhuha.

"Saya ingin bicara sama kamu Ibrahim, berdua saja bisa?" Ujar wanita yang raut wajahnya menampilkan kerutan di usianya yang terbilang tidak lagi muda.

"Iya tentu saja Umi," Umi Aslam melangkah pergi diikuti oleh Ibrahim di belakangnya. Ibra meminta Aisyah untuk menunggunya sebentar.

Mereka sampai di ujung lorong dekat taman, umi Aslam duduk di kursi pengunjung yang tersedia. "Duduklah!" Ibra mengangguk lalu duduk di sampingnya.

Wanita itu menghembuskan nafasnya perlahan dan perlahan, lalu mulai berbicara. "Apa putriku pernah mencintaimu?"

Seperti di sambar petir di siang bolong, Ibra gugup.
Kata yang tak pernah ingin dia dengar setelah sekian lama, kini berhasil meluncur di pendengarannya. Diam, Ibra hanya diam seribu bahasa.
"Apa pangeran Darussalam itu kamu?"

"Apa nama orang yang selalu Rahma tulis dalam diary nya itu kamu?"

"Apakah Pangeran Darussalam itu? Bukan Idris? Tapi, dirimu?"

3 Pertanyaan yang bermakna sama. Dan hanya ada satu jawabannya.
'YA, PANGERAN DARUSSALAM itu adalah IBRAHIM, bukan IDRIS!'

Anggukan kecil dari Ibrahim menjawab semua pertanyaan yang diajukan wanita paruh baya itu.
"Astagfirullah..... " Dia pejamkan matanya, perlahan buliran bening mengalir dari kedua ujungnya.

Terbongkarlah, perlahan apa yang menjadi rahasia Ibra dan Rahma diketahui oleh banyak orang, satu persatu dari keluarganya perlahan tau apa yang sebenarnya ada di balik realita mereka. Rahasia yang coba mereka berdua sembunyikan dengan harapan dapat menjaga keharmonisan dalam kehidupan masing-masing, justru malah menjadi tombak balik sasaran mereka.
Merusak kepercayaan satu persatu keluarga, termasuk cintanya.

~~~~~~~

Aisyah, perempuan itu masih menjaga Rahma di ruangannya, mengusap lembut tangan yang telah lama terkulai lemah. Idris memintanya untuk menjaga Rahma sebentar, karena dirinya sedang mengurus biaya ke administrasi.

Sedangkan Kiai Asad dan Umi Aslam sudah pulang sejak 2 hari yanv lalu.
Aisyah berdiri hendak keluar sebentar

"Al...faaan All...faaann..Al.." lagi, perempuan itu menyebut nama suaminya.

Sakit, hatinya sakit mengingat bahwa wanita yang kini menjadi Kakak iparnya, belum juga dapat melupakan Ibrahim, padahal mereka sudah saling memiliki keluarga masing-masing.
Tapi apa dayanya? Untuk marah dia jelas tidak mampu!

Aisyah berhenti, menoleh ke arah Rahma yang masih terpejam. Kemudian mata Aisyah jatuh ke bawah, menangkap sebuah pergerakan pada jari-jari tangan Rahma, dia berbalik lalu memegangnya.

"Mbak? Mbak Rahma? Mbak bangun Mbak, di sini ada Ais. Mbak harus bangun, banyak orang yang nunggu mbak untuk bangun. Mbak..." Aisyah langsung keluar ruangan memanggil perawat yang kebetulan sedang lewat di depan ruangan.

Selang beberapa detik, dua dokter dan 3 perawat masuk untuk memeriksa kondisi Rahma. Aisyah melaporkan perubahan reflek yang terjadi terhadap pasien.

Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα