4. H-1

16.1K 1.3K 10
                                    

'Jika dengan menikah akan menjaga hatiku, aku bersedia.
Karena aku yakin kamu orang yang tepat untuk melakukannya'

~Lantunan Kalam Aisyah~

***


Suara sepatu berderap turun bersamaan dengan munculnya sesosok pria dengan celana hitam kemeja biru dilipat sampai siku, pakaian yang sangat formal.

Saat ini kediaman mereka cukup ramai dengan makhluk hidup berjenis manusia, di karenakan besok pagi mereka sudah harus ke rumah Kyai Zainuri untuk melaksanakan Ijab Qabul di sana.

"Mas Ibra mau kemana?" Ujar Zahra yang sedang menata vas di atas nakas ruang tengah

"Mas ada janji temu sama Prof. Alif"

Zahra menghentikan aktivitasnya lalu menatap kakaknya dan berujar
"Loh, bukan nya Mas sudah ambil cuti sejak 4 hari lalu?"

"Kan ini beda, katanya kemarin itu ada rapat penting, Mas kan cuti. Nah, ini nanti Mas mau bahas perkara itu, Mas nggak bisa nolak, soalnya beliau bilangnya penting banget"

Zahra hanya mengangguk paham dan melanjutkan pekerjaannya

"Tapi Nak, dia sudah tau kan kalau besok kamu akad?" Tanya Umi Zila kemudian duduk di sofa

Ibra berjalan menuju sofa lalu duduk di sampingnya
"Iya, Ibra sudah bilang Umi" menatap mata Uminya sambil tersenyum lebar

"Kamu nggak ingin sarapan dulu?" Tanya Umi Zila

"Nggak usah Mi, nanti Ibra sekalian sarapan di sana saja"

"Ya sudah, sana berangkat! Nanti dia nunggu lama" memberikan tangan kanannya untuk di salami Ibra

Setelah mengucapkan salam, Ibra berjalan santai ke luar rumah.

Namun, saat tangannya hendak meraih kenop, pintu itu lebih dahulu berderit terbuka dan menampakkan wajah seseorang yang saat ini benar-benar tidak ingin di lihatnya.

Orang yang bertahun-tahun mengisi hatinya, yang membuat perasaan bersalah selalu menghantuinya karena sampai saat ini masih belum bisa benar-benar menghempaskan nama sakral itu dari hatinya.

"Assalamualaikum," ujar dua orang di depan ibrahim

Ibrahim sedikit terkejut, tapi kemudian dia bisa mengatur kembali ekspresinya, karena dia tahu jelas kalau wanita itu akan datang, pasti.

Dia sempat kontak mata dengannya sebentar
"Loh, mau kemana bra? Pagi-pagi sudah rapi saja. Calon manten itu bagusnya di rumah," ujar Gus Idris kemudian menggandeng lengan Ibrahim dan menyeretnya masuk.

"Eh, bentar-bentar, Aku ada urusan penting. Ngobrolnya sama Umi dulu ya, Umi di dalam. Buru-buru ini, beneran!" Ujar Ibra sambil melepas tangan kakaknya

"Udahlah Mas, Ibra lagi ada urusan. Kita langsung menemui Umi saja," ujar wanita itu dengan senyum manisnya

Senyum yang dulu pernah di milikinya, yang dulu pernah hanya di peruntukkan kepadanya.

Bagaimana bisa Allah membuatnya bersanding dengan kakaknya?
Itulah rahasia Tuhan, di mana manusia tidak bisa menentukan mana yang kelak jadi takdirnya.

Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon