16. Candu

12.3K 1.1K 7
                                    

'ketika Allah sudah menetapkan sebuah takdir pada makhluknya. sungguh! Kau tak akan mampu merubahnya, kecuali dengan kekuatan doa dan usaha'
~Aisyah~

Ibra sudah siap dengan semua keperluannya, dia berdiri dari duduknya mengangkat piring dan gelas yang usai dia gunakan.
Dia membawanya ke bak cucian dapur, di mana Aisyah sedang meletakkan wajan dan teman-temannya di tempatnya semula.

Mendengar gemericik air, Aisyah menoleh. Dia spontan berdiri saat melihat Ibra sudah dengan pakainya yang rapi malah bergerak mencuci piring.
"Masya Allah GusAl, udah udah! Di taruh aja, nggak usah dilanjut! Udah siap gini kok malah basah basahan," ujar Aisyah dengan nada yang amat tak bersahabat, sembari tangannya mematikan kran, lalu menatap suaminya tajam.

"Kenapa?" Tanya Ibra yang terlihat sok polos

"GusAl, sekarang udah jam 06.25 nanti telat, belum kalau di jalan macet, udah ya berangkat!" Ujar Aisyah kalem dengan senyum yang dibuat buat.

"Ya udah,! Aku berangkat, asalamualaikum," ujar Ibrahim, seolah sedang malas berdebat.

"Waalaikum salam, hati-hati Gus,"
Aisyah tersenyum saat melihat Ibra begitu mudahnya menuruti permintaannya pagi ini.

Ibra berjalan ke arah pintu, Saat tangannya sudah memegang kenop pintu, dia berhenti lalu berbalik dan berjalan ke arah Aisyah lagi.

"Ada yang kelupaan," ujar Ibra sambil tersenyum.
Aisyah mengernyitkan dahi, alisnya bertaut menampilkan wajahnya yang bertanya-tanya.

'CUP'
Seolah tanpa dosa, Ibra lalu tersenyum dan berbalik pergi.

Aisyah masih terdiam tegang dengan apa yang barusan Ibra lakukan, meskipun hanya hitungan detik, tapi rasanya masih mengancam otak dan jiwanya.
Aisyah mengerjapkan matanya setelah Ibra murni menghilang beserta bayangannya.

Di sisi lain, Ibra yang sedang mengendarai mobilnya tak bisa berhenti tersenyum ketika mengingat bagaimana gadisnya terkejut saat dia mengecup bibir tipis nan ranum itu.

Ibra sendiri tidak tau, sejak kapan dirinya mulai tergila-gila dengan wanita berparas anggun itu.
Seolah tersihir oleh kecantikannya, Ibra selalu ingin terus menatapnya hingga tak sadar dia juga mulai merasa candu dengan bibir itu.

~~~~~~~

"Syukron ihtimamikum, ihdina syiratal Mustaqim. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh," ujar Ibrahim lantang, untuk mengakhiri mata kuliahnya saat ini.

Dia berjalan keluar, sepanjang perjalanan ke ruangannya tak henti dia tersenyum demi membalas sapaan para mahasiswanya yang dominan wanita itu.

Tepat di depan pintu ruangannya yang tertutup, seseorang dengan setelan kemeja biru Dongker berdiri dengan tangan bersedekap menatapnya sembari mengulum tersenyum.

Ibra balas tersenyum aneh, tapi di sertai gelengan kepala seolah berkata 'aku tak tahan dengan situasi seperti ini!'

Begitu sampai di hadapannya, Ibra berkata
"Ayo masuk, banyak setannya di luar!"
Pria yang berstatus dosen Bahasa Inggris itu tertawa menanggapinya lalu duduk di sofa dekat jendela kaca begorden.

"Kamu senang digituin Bra?" Tanya Rendi

"Saya? Kayak tadi? Astagfirullah, ya nggak lah! Meskipun saya laki-laki, saya punya malu. Saya juga udah punya istri. Jujur! Saya sama sekali nggak tertarik sama mereka semua, di mata saya justru mereka terlihat seperti masih seorang gadis yang kurang punya tata Krama, setidaknya saya hanya menghargai sapaan mereka," jelas Ibra lalu berpindah duduk ke sofa di sebelah dosen muda itu.

Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now