24. Hal yang Luput

10.6K 1K 11
                                    

'berdoa dan berkeluh kesah kepada-Nya adalah cara tersendiri bagi jiwa-jiwa yang gundah hatinya.
Ingat! Karena perihal hati, Allah yang berkehendak.'
~Ibrahim~

"Kapan akan kamu serahkan surat itu?"

"Entahlah,"

"Kurasa lebih cepat lebih baik, percuma juga kalau dia buat surat ini kalau akhirnya kamu tak segera menyerahkannya" saran Rendi yang diangguki oleh Ibrahim.

"Ok, saya pamit dulu. Terima kasih atas bantuannya. Jangan lupa tetap cari buktinya, bukan berati surat itu sudah jadi, lalu amanah kamu gugur, saya tetap meminta bantuanmu," Ibra menepuk bahu Rendi pelan, tersenyum lalu dia pergi.

"Saya undur diri dulu, mungkin besok akan saya serahkan surat itu kepada rektor. Asalamualaikum"

"Waalaikum salam," jawab dosen muda dan tampan itu.

~~~~~~~

"Sayang?" Ibra masuk, dilihatnya Aisyah sedang berbaring di tempat tidur, tak biasa sang istri tidur sore hari seperti ini.

Di usapnya kepala berkhimar itu, matanya tertutup pulas, suara dengkuran halus menandakan perempuan itu memang telah terpejam. Langsung saja Ibra membersihkan diri ke kamar mandi.

Usai mandi, dia melihat Aisyah sedang menyiapkan makan di meja pantri. Dipeluknya Aisyah dari belakang membuat perempuan itu mengerang ringan "Mas,"

"Hmm?" Aisyah memutar tubuhnya, membuatnya berhadapan dengan Ibrahim.

"Maaf, tadi Ais nggak ada sewaktu Mas Ibra datang," ujar Aisyah lirih.

Ibra menatap mata wanitanya, tersenyum.
"Nggak apa-apa, lebih baik kamu istirahat daripada nunggu aku datang. Pasti kamu juga capek."
Entah bagaimana, Ibra melihat paras Aisyah sedikit lebih pucat dari biasanya.

'apa dia terlalu kecapean hari ini?'

"Tidurlah Humaira, kamu pasti sangat kelelahan hari ini," di usapnya kedua pipi Aisyah lembut.

Aisyah hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. "Sekarang udah nggak capek kok"

"Yakin?" Ibrahim khawatir melihatnya.

"Iya, kan obatnya udah ada," jawaban Aisyah membuat Ibra mengernyit bingung.

"Obat?" Aisyah mengangguk, jari telunjuk kanannya terangkat menyusuri wajah Ibrahim dari atas hingga berhenti di dagunya.

'CUP'

Tanpa aba-aba, Aisyah mencium Ibra cepat. Secepat kilat menyambar, dengan paras pucat kemerahan perempuan itu pergi dari hadapan Ibrahim. Ibra terdiam di tempatnya berdiri, dia dibuat kaget dengan apa yang baru saja dilakukan istrinya.

Tak pernah sekalipun Aisyah menciumnya, jika bukan dia yang mengawali.
Ibra tersenyum, di sentuhnya bibir yang baru saja terkontaminasi oleh bibir mungil yang telah lama menjadi candu baginya.

"Humaira?! Kamu harus tanggung jawab!"

~~~~~~~

Kebahagiaan menyelimuti suasana keluarga kecil milik Ibrahim, sejak tadi tak henti-hentinya mereka tertawa saling menjaili satu sama lain. Dengan pribadi Aisyah yang gampang geli terhadap sentuhan, Ibra justru menggelitikinya.

"Udah udah Mas, udah! Hahaha... a- Ais capek! Udah hahaha.... Huh...huh..." Nafasnya memburu setelah sekian lama tertawa hingga perutnya merasa kram.

Ibra masih tersenyum melihat Aisyah mengatur nafasnya, dia merasa puas sekali karena telah membuat perempuan itu tertawa selepas lepasnya. Pandangannya terus menelusuri setiap inchi paras wanitanya, tak urung hatinya bersyukur atas apa yang telah Allah berikan sebagai haknya.

Lantunan Kalam Aisyah ✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now