#27

229 39 60
                                    

Setelah Arka yang terkhianati pertanyaannya sendiri menjadi bahan tertawaan teman-temannya, laki-laki itu segera melanjutkan permainan dengan menyuruh Ara memutar kembali liptint Shilla di atas meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah Arka yang terkhianati pertanyaannya sendiri menjadi bahan tertawaan teman-temannya, laki-laki itu segera melanjutkan permainan dengan menyuruh Ara memutar kembali liptint Shilla di atas meja. "Ah, udah, lah! Lanjut, lanjut!"

Setelah beberapa detik berputar, benda itu berhenti dan sisi berwarna hitamnya menunjuk ke Arka.

"Ih, anying, kenapa malah gue yang dapet?" seru cowok itu dengan kesal, sebelum menyadari kalau ia barusan mengumpat. "Eh, maap kelepasan. Lupa ada cewek-cewek."

Jevan menertawakan kesialan temannya itu. "Mampus, lo! Pilih truth or dare?"

Arka mendengus pelan lalu membusungkan dadanya dengan bangga. "Berhubung gue gentleman, gue pilih ... truth."

Tentu saja jawaban itu memicu keriuhan teman-temannya yang bersorak tidak terima.

"Dih, gentleman, mah, pilihnya dare kali," cibir Shilla.

"Udah, iyain aja. Nih, gue mau tanya, ya." Aruna cepat-cepat memotong. "Sejak kapan lo diem-diem suka sama Cila?"

"Oh, gini cara main lo, Na? Oke," jawab Arka dengan congkak, sebelum melanjutkan, "kalo gitu, gue ganti jadi dare."

"Idih, cupu banget, lo!"

Diva yang sedari tadi belum banyak bicara, tiba-tiba buka suara. "Gue yang kasih dare, ya?" tanyanya, lalu disambut anggukan dari yang lain. "Dare-nya, ceritain awal mula lo suka sama Cila."

Berbeda dengan teman-temannya yang tergelak mendengar tantangan dari Diva itu, Arka justru berdecak kesal. "Itu, mah, sama aja!"

Laki-laki itu melirik Shilla yang hanya mengedikkan bahunya. Dengan berat hati, ia menghela napas sebelum menjawab, "Dulu, dia pernah ngomelin gue waktu cedera gara-gara main basket tapi gak pemanasan. Tapi, dia juga yang selalu ngingetin gue buat istirahat biar cepet sembuh. Terus, ya ... udah. Sejak itu."

"Lo suka sama gue sejak SMP? Astaga, Arka ...." Shilla berseru histeris.

Arka menarik bibirnya menjadi segaris lurus. "Iya, puas? Lo, sih, ah!" Ia menuding Aruna dan Diva yang sudah merusak reputasinya sebagai sahabat Shilla selama belasan tahun ini.

"Aneh, banget, sih. Suka sama orang, kok, gara-gara diomelin."

"Ya, biarin, suka-suka gue!"

"Pantesan cowok modelan lo nggak punya pacar selama SMA. Taunya, udah nyantol sama sahabat sendiri."

"Nggak usah nyinyir, lo, ya!"

Untungnya, hidangan yang mereka pesan segera datang sebelum cekcok antara Arka dan Aruna itu berubah semakin serius.

"Abis ini ke mana? Jadi ke Pantai Lojatanya Jevan, memecah keheningan di antara mereka semua yang masih kekenyangan karena baru saja menandaskan semua makanan di meja.

Love LetterWhere stories live. Discover now