#13

305 41 17
                                    

"Makasih, Jev," ucap Ara setelah turun dari boncengan motor Jevan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih, Jev," ucap Ara setelah turun dari boncengan motor Jevan.

"Iya, Ara, sama-sama." Jevan tersenyum, masih betah menatap gadis di hadapannya.

"Udah, sana pulang," katanya sambil mengedikkan dagunya ke arah rumah di seberangnya.

Jevan terkekeh. "Iya, iya, aku pulang."

Ara melambaikan tangannya, menatap Jevan yang pulang sambil menuntun motornya.

Jevan tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Senyuman lebar masih setia menghiasi wajah tampan pemuda itu. Saking lebarnya, mata indahnya turut tersenyum membentuk bulan sabit. Rasanya begitu menyenangkan sampai-sampai jantungnya berpacu begitu kencang.

Baru saja ia menginjakkan kaki di halaman rumahnya, jantung Jevan yang sedang berdegup kencang seperti dipaksa untuk berhenti sesaat ketika terdengar sebuah teriakan mengejutkan dari balkon rumahnya. Hampir saja motor di tuntunannya roboh.

"JEVANO REYNANDA, UDAH GILA LO YA?!"

Jevan menghela napas kasar setelah mengetahui oknum dibalik keterkejutannya adalah temannya yang paling berisik, Arka. Sepertinya Arka melihat kejadian barusan dan tidak akan segan untuk menyerbu Jevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut penjelasan. Sahabatnya itu memang tidak bisa membiarkan dirinya bahagia barang sebentar saja.

Ia bergegas masuk rumah lalu berpapasan dengan ibunya di ruang tamu.

"Arka kenapa teriak-teriak barusan, Jev?"

"Bunda kayak nggak tau Arka aja. Eh, Bunda mau kemana, Bun?" tanyanya karena sang ibu terlihat rapi ditambah tas yang tersampir di bahunya.

"Mau belanja bulanan."

"Loh, Ayah mana?"

"Udah di depan, itu mau ngeluarin mobil. Pasti kamu nggak liat tadi di depan. Ya, udah, Bunda tinggal dulu. Jangan lupa, kalo makan temenmu diajakin sekalian."

"Oke, Bun, hati-hati."

Ibunya mengangguk lalu berjalan keluar. Baru beberapa langkah, tiba-tiba wanita itu berbalik untuk memanggil Jevan. "Gimana tadi? Jadi, kan? Lancar?"

"Jadi, Bun. Lancar." Jawab laki-laki itu yang dibalas dengan acungan jempol ibunya.

Jevan langsung naik ke lantai dua menghampiri Arka yang rupanya tidak sendirian. Ada Rayhan juga di sana. Arka yang semula bersandar di pagar balkon langsung berkacak pinggang dan menaikkan dagunya begitu melihat Jevan. Sedangkan Rayhan masih diam mengamati sambil duduk di atas tumpukan kasur lantai.

"Apaan lo, Ka? Gak ada angin gak ada ujan tau-tau ngatain gue gila. Lo kali yang gila."

Arka tidak memedulikan hal itu. Dengan sengaknya ia malah bertanya, "Itu tadi siapa? Cewek lo?"

"Hm, itu Ara."

"Lah, bukannya namanya Kiana? Itu anak 12 IPS 2, kan?"

"Ck, kalo udah tau ngapain nanya? Di rumah dipanggilnya Ara."

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang