14. MENOLAK GARIS HIDUP

170 46 112
                                    

Selamat malam <3

Gimana kabarnya?

Rindu berat gak?

Isi semua paragraf dengan komentar kalian yah❤️

Jangan lupa tekan tombol ⭐

Happy Reading!!!

"Apa bisa kita menolak garis yang sudah ditentukan bahkan sebelum kita di lahirkan?"

Rasa penasaran Langit tentang hal apa yang ingin Papa sampaikan membuat Langit melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

Sampai di rumahnya ia dibuat kaget dengan mobil berwarna putih terparkir di garasi rumahnya.

Mobil siapa? Ini bukan mobil Papa, batin Langit.

Langit segera memakirkan motor dan masuk ke rumah, terdengar suara teriakan dari dalam rumah.

Tunggu apa yang terjadi ?

Langit segera masuk dan—

"Mas, nggak seharusnya terus bela pembunuh itu dia sudah bunuh anak kita Mas," teriak Ariani.

"Langit bukan pembunuh, dia anak kita. Tidak mungkin Langit membunuh adiknya sendiri, tolong kamu tenang." Mahendra mencoba menenangkan istrinya dengan lembut.

Dokter Sanjaya dengan segera memberikan suntikan obat penenang, Ariani tersungkur lemas. Mahendra mengangkat tubuh istrinya dan membawa ke kamar.

Langit yang melihat kejadian tadi hatinya sangat teriris.

"Dok, apa Mama saya bisa sembuh?" tanya Langit.

"Saya akan berusaha semampu saya. Kamu terus berdoa agar mama kamu segera sembuh," jawab Dokter Sanjaya.

Dari arah taman belakang Bintang datang dengan seorang perempuan.

"Tang, siapa cewek itu? Pacar lo?" tanya Langit.

"Bukan dia putri saya," balas Dokter Sanjaya.

"Temen sekolah gue juga, bang," balas Bintang.

Langit tampaknya masih tidak paham, Dokter Sanjaya yang melihat kebingunggan itu langsung menjelaskan, "Tadi saya baru pulang dari rumah sakit dan menjemput putri saya lalu Papa mu menelpon, bilang Mama kamu kumat lagi, saya putuskan datang kemari mengajak putri saya, ternyata dia satu sekolah dengan Bintang."

Langit yang paham hanya ber-oh ria saja, Papa dengan wajah serius.

"Mari kita bicarakan di ruang keluarga saja," ajak Mahendra.

Kini semua sudah duduk di ruang keluarga .

"Hal apa yang mau Papa sampaikan?" tanya Langit.

"Biar Dokter Sanjaya saja yang menjelaskan," ucap Mahendra.

Kini semua mata menuju ke arah Dokter Sanjaya termasuk putrinya.

"Baik saya akan menjelaskan tentang kondisi Ibu Ariani dan saya mau menyampaikan satu hal penting," ucap Dokter Sanjaya.

"Silahkan Dok, jelaskan sekarang, " ucap Mahendra.

Langit fokus memperhatikan Dokter Sanjaya.

"Saya lihat beberapa laporan tentang kesehatan Ibu Ariani minggu lalu dan minggu ini sangatlah buruk. Kondisi minggu lalu cukup membaik berbanding terbalik dengan kondisi minggu ini, sangat buruk. Emosinya semakin hari semakin tidak terkontrol saya khawatir kondisinya akan semakin tidak terkendali," ucap Dokter Sanjaya.

Langit Sebastian BratadirkasaWhere stories live. Discover now