40 // Kesempatan

3.5K 345 28
                                    

MAKASIH BUAT KALIAN YANG SELALU VOTE dan KOMEN CERITA MwE..

MAKASIH UDAH SUKA CERITA INI DAN MAKASIH SUPPORTnya! Ilyguys.
.
Jgn lupa VOTE & KOMEN ya!!
.
Semoga suka.
.
HAPPY READING! 💞

🐁🐈

Ocha menggeliat dari tidurnya. Entah mengapa badannya terasa seperti diikat, susah untuk digerakkan. Seperti ada yang menempel. Eh, menempel? Apa ada makhluk halus yang menempel atau lebih parahnya—memeluk tubuhnya.

Kedua mata Ocha buru-buru dibuka lebar, dan langsung tersentak saat disambut keberadaan Rangga yang tengah memeluknya erat, seperti anak kecil yang memeluk Ibunya karena takut kehilangan.

Tapi Ocha sedikit bernapas lega, karena bukan makhluk tak kasat mata yang memeluknya. Dengan cepat tangannya mendorong tubuh Rangga agar melepas pelukannya. Berhasil.

Tapi—Ocha mengerutkan keningnya saat melihat wajah Rangga yang pucat kesi. Lalu punggung tangannya ia letakkan di kening cowok itu. Panas.

"Ga, lo sakit?" Retoris. Karena jelas Ocha sudah tahu jawabannya.

Tidak ada sahutan.

Kedua mata Ocha melihat jam dinding yang terpampang di atas pintu kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 05.50 pagi, saatnya bersiap untuk pergi sekolah. Tapi Ocha urungkan karena matanya kembali melihat Rangga yang berbaring di sampingnya.

Ocha harus jaga Rangga. Tapi ia bingung harus melakukan apa. Sebelumnya Ocha tidak pernah merawat orang sakit sendirian. Apa harus menelepon Mimom atau Mami mertuanya? Namun Ocha takut ia akan disalahkan, karena dianggap tidak becus menjaga Rangga. Jadi, Ocha urungkan niat itu.

Lebih baik sekarang Ocha membersihkan diri terlebih dahulu.

"Di sini aja, Cha," tahan Rangga, cowok itu kembali memeluk Ocha. Menahan istrinya agar tidak beranjak dari kasur.

"Tapi gue mau mandi," kata Ocha menolak.

"Nanti aja."

Ocha menghela napas, berusaha membiarkan dirinya dalam posisi seperti itu. Dalam jarak yang sangat dekat, Ocha dapat mengamati wajah Rangga lebih dalam. Dengan lancang, jari telunjuknya bergerak menyentuh mata Rangga yang terpejam. Mata yang dulu selalu menatap hangat ke arahnya, bukan menatap dengan kilat jail seperti sekarang.

Lalu turun menyentuh ke hidung mancung cowok itu, kembali turun hingga berhenti di bibirnya. Bibir yang dulu selalu mengulas senyum manis untuknya, bukan senyum menjengkelkan seperti sekarang. Mendadak Ocha jadi rindu. Rindu akan semua kenangan manis yang masih terpatri dibenaknya. Namun seketika lenyap saat memorinya kembali memutar kejadian itu—kejadian di mana Rangga meninggalkannya.

Dengan cepat Ocha menjauhkan tangannya, lalu memalingkan wajah dari Rangga yang masih terpejam. Entah kenapa rasanya sesak, membayangkan jika Rangga akan meninggalkan dirinya untuk yang kedua kalinya.

Tunggu—kenapa jadi terasa menyesakkan seperti ini. Padahal Ocha sangat membenci Rangga. Lalu ia menyimpulkan sendiri, bahwa ketakutannya muncul akibat rasa trauma, bukan karena Ocha sudah menyukai cowok itu. Ya, pasti begitu.

Ocha sedikit menggeliat, merasa tak nyaman dengan posisinya saat ini. Ia tidak bisa berdiam terlalu lama untuk membiarkan dirinya dipeluk oleh Rangga.

"Gue mandi dulu, Ga." Ocha dengan cepat menyingkirkan satu tangan Rangga yang memeluk pinggangnya erat. Lalu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Married with Enemy [TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя